Pemanfaatan Fasilitas Internet yang Tidak Sesuai
dengan penggunaanya berdasarkan Kode Etik
Dimas Haryo
Adhiatama1 ,Sri Rahayu2,Intan Lestari3
Jurnal Etika &
Profesionalisme
Universitas Gunadarma
Jalan
Margonda Raya no. 100, Depok 16424 Gedung 4 Lantai 1 D419
Email : infokom@gunadarma.ac.id
1dimryo@gmail.com
2in.intanlestari@gmail.com
3ayuuuunya@gmail.com
Abstrak - Perusahaan memiliki kode etik dalam setiap
departemen atau profesi. Seorang CEO perusahaan yang mempunyai visi dan misi,
harus menciptakan ketentuan agar dapat tercapainya kedua hal tersebut.
Perusahaan yang dapat mempengaruhi organisasi lainnya melalui kode etik yang di
bangun dapat dikatakan berhasil. Perkembangan teknologi lambat laun akan
mengubah sebuah standar kode etik yang harus disesuaikan. Jaringan internet
merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam berbagai bidang profesi bahkan
kehidupan. Fasilitas yang diberikan oleh sebuah perusahaan dalam rangka
mendukung rangkaian kegiatan yang ada di perusahaan. Namun, pemanfaatan
penggunaan fasilitas ini seringkali disalahgunakan oleh karyawan. Berdasarkan
sebuah survey, jika seorang karyawan telah melakukan pekerjaannya, seringkali
dia menggunakan fasilitas ini untuk kepentingan pribadi diluar kegiatan
perusahaan. Aspek ini dilihat sebagian kalangan sebagai sebuah pelanggaran kode
etik, dimana akan mengganggu jalannya aktivitas jaringan lain atau kesalahan
penggunaan yang menyebabkan data rusak, hilang, dan sebagainya. Sebagian lagi
menganggap mereka berhak atas penggunaan fasilitas dikarenakan mereka telah
menyelesaikan tugasnya. Jaringan yang penuh dengan aktifitas yang tidak perlu,
tentu dapat menghambat proses kegiatan perusahaan. Maka haruslah diri sendiri
memiliki kode etik dan perilaku yang sesuai.
Abstracts - Company has a code of ethics in every department or profession. A CEO of a company that has a vision and mission, must create conditions in order to achieve both. Companies that can influence other organizations through a code of ethics that is built can be said to be successful. Technological developments will gradually change a standard code of conduct that should be adjusted. Internet network is very influential in various professional fields and even life. Facilities provided by a company in order to support a series of activities in the company. However, the use of the use of these facilities are often abused by employees. Based on a survey, if an employee has to do his job, he often uses this facility for personal interests outside the company's activities. This aspect is seen in some quarters as a violation of the code of conduct, which would disrupt other network activity or errors that lead to the use of the data is damaged, lost, and so on. Some of them consider themselves entitled to use the facilities because they have completed their duties. Full network activity that is not necessary, of course can hinder the process of corporate activities. Then it must itself have a code of ethics and appropriate behavior.
Kata Kunci - Praktik,
IT, Internet, Salahguna.
BAB 1
PENDAHULUAN
Internet merupakan salah satu penghubung antara jaringan satu dengan
dunia luas. Pemanfaatan internet ini dianggap sebagai sebuah keberhasilan dalam
meningkatkan sebuah produktivitas dengan kepraktisan yang ada. Melalui
teknologi jaringan ini hampir semua aktifitas di berbagai bidang meningkat
sangat pesat dalam perkembangannya. Perusahaan besar pasti menggunakan sebuah
provider atau layanan internet untuk mendukung aktifitasnya. Tak jarang orang
dikantor tidak menggunakan internet.
Dalam pemanfaatan teknologi, khususnya penggunaannya tentu memiliki
etika dan kode etik tersendiri. Internet di perusahaan yang seharusnya
digunakan untuk menyokong aktifitas bisnis malah dimanfaatkan sebagai hiburan
semata oleh sebagian pegawainya. Tentu hal ini mempengaruhi kinerjanya dalam
bekerja. Namun hal ini menjadi sebuah dilematisasi yang alasannya sebagian
besar pengguna internet hanya sekedar iseng mencari informasi yang menjadi
tanggungan perusahaan.
Penyalahgunaan atau pemanfaatan internet yang salah ini menimbulkan
dampak yang sangat besar bagi perusahaan. Dampak tersebut hilangnya data
penting yang mungkin pengguna tidak mengetahui sebabnya. Pada saat browsing
atau download sesuatu file, dimanfaatkan oleh hacker untuk melakukan spoofing
sehingga data perusahaan ikut terbawa. Jaringan internet sesungguhnya sangat
membantu namun terkadang malah menjadi ancaman. Kode etik yang dilanggar oleh
para pengguna ini adalah penyalahgunaan wewenang dalam memanfaatkan internet
sehingga berdampak pada akses atau kecepatan dari jaringan di perusahaan itu.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Etika
Etika
secara umum didefinisikan sebagai suatu kepercayaan atau pemikiran yang mengisi
suatu individu, yang keberadaanya bisa dipertanggung jawabkan terhadap
masyarakat atas perilaku yang diperbuat. Biasanya pengertian etika akan
berkaitan dengan masalah moral. Moral adalah tradisi kepercayaan mengenai
perilaku benar dan salah yang diakui oleh manusia secara universal. Perbedaanya
bahwa etika akan menjadi berbeda dari masyarakat satu dengan masyarakat yang
lain. Sebuah survei menyebutkan bahwa penggunaan software bajakan yang
berkembang di Asia saat ini bisa mencapai lebih dari 90 %, sedangkan di Amerika
kurang dari 35 %. Ini bisa dikatakan bahwa masyarakat pengguna software di Asia
kurang etis di banding di Amerika. Contoh lain misalnya kita melihat data orang
lain atau perusahaan lain yang menjadi rahasinya, berarti kita bertindak kurang
etis.
2.2 Perilaku
Moral dan Konsep Etika
Tindakan
kita juga diarahkan oleh etika (ethics). Kata ethics berakar dari bahasa Yunani
ethos, yang berarti karakter. Etika adalah satu set kepercayaan, standar, atau
pemikiran yang mengisi suatu individu, kelompok atau masyarakat. Semua individu
bertanggung jawab pada masyarakat atas perilaku mereka. Masyarakat dapat berupa
suatu kota, negara, atau profesi.
Tidak
seperti moral, etika dapat sangat berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat
lain. Kita melihat perbedaan ini dibidang komputer dalam bentuk perangkat lunak
bajakan- perangkat lunak yang digandakan secara ilegal lalu digunakan atau
dijual.
Hukum adalah peraturan perilaku formal yang dipaksakan oleh otoritas berdaulat, seperti pemerintah, pada rakyat atau warga negaranya. Hingga kini sangat sedikit hukum yang mengatur penggunaan komputer. Hal ini karena komputer merupakan penemuan baru dan sistem hukum kesulitan mengikutinya.Kasus pertama kejahatan komputer terjadi pada tahun 1966, saat programer untuk suatu bank membuat suatu tambahan di program sehingga program tersebut tidak dapat menunjukan bahwa pengambilan dari rekeningnya telah melampau saldo. Ia dapat terus menulis cek walau tidak ada lagi uang di rekeningnya. Penipuan ini terus berlangsung hingga komputer tersebut rusak, dan pemrosesan secara manual mengungkapkan saldo yang telah minus. Programer tersebut tidak dituntut melakukan
kejahatan komputer, karena peraturan hukumnya belum ada.
Hukum adalah peraturan perilaku formal yang dipaksakan oleh otoritas berdaulat, seperti pemerintah, pada rakyat atau warga negaranya. Hingga kini sangat sedikit hukum yang mengatur penggunaan komputer. Hal ini karena komputer merupakan penemuan baru dan sistem hukum kesulitan mengikutinya.Kasus pertama kejahatan komputer terjadi pada tahun 1966, saat programer untuk suatu bank membuat suatu tambahan di program sehingga program tersebut tidak dapat menunjukan bahwa pengambilan dari rekeningnya telah melampau saldo. Ia dapat terus menulis cek walau tidak ada lagi uang di rekeningnya. Penipuan ini terus berlangsung hingga komputer tersebut rusak, dan pemrosesan secara manual mengungkapkan saldo yang telah minus. Programer tersebut tidak dituntut melakukan
kejahatan komputer, karena peraturan hukumnya belum ada.
2.3 Perlunya
Budaya Etis
Hubungan
antara pimpinan dengan instansi merupakan dasar budaya etika. Jika instansi
harus etis, maka manajemen puncak harus etis dalam semua tindakan dan
kata-katanya.
Bagaimana Budaya Etika Diterapkan? Tugas manajemen puncak adalah memastikan bahwa konsep etikanya menyebar diseluruh organisasi, melalui semua tingkatan dan menyentuh semua pegawai. Para eksekutif mencapai penerapan ini melalui suatu metode tiga lapis, yaitu dalam bentuk pernyataan tekad (komitmen), program-program etika, dan kode etik khusus pada setiap instansi.
Komitmen adalah pernyataan ringkas mengenai nilai-nilai yang ditegakan oleh pimpinan instansi. Tujuan komitmen ini adalah menginformasikan orang-orang dan organisasi-organisasi baik di dalam maupun di luar instansi mengenai nilai-nilai etika yang diberlakukan. Program etika adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai aktivitas yang dirancang untuk mengarahkan pegawai dalam melaksanakan pernyataan komitmen. Suatu aktivitas yang umum adalah pertemuan orientasi yang dilaksanakan bagi pegawai baru. Selama pertemuan ini, subyek etika mendapat cukup perhatian.Contoh lain dari program etika adalah audit etika. Dalam audit etika, sesorang auditor internal mengadakan pertemuan dengan seorang manajer selama beberapa jam untuk mempelajari bagaimana unit manajer tersebut melaksanakan pernyataan komitmen. Kode etik khusus instansi, Banyak instansi telah merancang kode etika mereka sendiri. Kadang-kadang kode ini diadaptasi dari kode etik dari organisasi sejenis.
Bagaimana Budaya Etika Diterapkan? Tugas manajemen puncak adalah memastikan bahwa konsep etikanya menyebar diseluruh organisasi, melalui semua tingkatan dan menyentuh semua pegawai. Para eksekutif mencapai penerapan ini melalui suatu metode tiga lapis, yaitu dalam bentuk pernyataan tekad (komitmen), program-program etika, dan kode etik khusus pada setiap instansi.
Komitmen adalah pernyataan ringkas mengenai nilai-nilai yang ditegakan oleh pimpinan instansi. Tujuan komitmen ini adalah menginformasikan orang-orang dan organisasi-organisasi baik di dalam maupun di luar instansi mengenai nilai-nilai etika yang diberlakukan. Program etika adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai aktivitas yang dirancang untuk mengarahkan pegawai dalam melaksanakan pernyataan komitmen. Suatu aktivitas yang umum adalah pertemuan orientasi yang dilaksanakan bagi pegawai baru. Selama pertemuan ini, subyek etika mendapat cukup perhatian.Contoh lain dari program etika adalah audit etika. Dalam audit etika, sesorang auditor internal mengadakan pertemuan dengan seorang manajer selama beberapa jam untuk mempelajari bagaimana unit manajer tersebut melaksanakan pernyataan komitmen. Kode etik khusus instansi, Banyak instansi telah merancang kode etika mereka sendiri. Kadang-kadang kode ini diadaptasi dari kode etik dari organisasi sejenis.
2.4 Alasan
Pentingnya Etika Komputer
Terbagi atas kelenturan
logika (Logical malleability), factor transformasi, dan faktor tak kasat mata
(invisibility factors).
1.
Kelenturan logika.
Yang
dimaksud dengan kelenturan logika (logical malleability) adalah kemampuan
memprogram komputer untuk melakukan apa pun yang kita inginkan. Komputer
bekerja tepat seperti yang diinstruksikan oleh programernya. Kelenturan logika
inilah yang menakutkan masyarakat. Tetapi masyarakat sebenarnya tidak takut
terhadap komputer. Sebaliknya masyarakat takut terhadap orang-orang yang
memberi
perintah di belakang komputer.
perintah di belakang komputer.
2. Faktor
transformasi.
Alasan
kepedulian pada etika komputer ini didasarkan pada fakta bahwa komputer dapat
mengubah secara drastis cara kita melakukan sesuatu. Kita dapat melihat
transformasi tugas yang sama pada semua jenis organisasi. Contoh yang baik
adalah surat electronik (e-mail). Email tidak hanya memberikan cara bertelepon
yang lain, tetapi memberikan cara komunikasi yang sama sekali baru.
Transformasi serupa dapat dilihat pada cara manajer mengadakan rapat. Dulu para
manajer harus berkumpul secara fisik di satu lokasi, sekarang mereka dapat
bertemu dalam bentuk konferensi video.
3. Faktor tak kasat mata.
3. Faktor tak kasat mata.
Alasan ketiga minat masyarakat pada etika komputer adalah karena semua operasi internal komputer tersembunyi dari penglihatan. Operasi internal yang tidak nampak ini membuka peluang pada nilainilai pemprograman yang tidak terlihat, perhitungan rumit yang tidak terlihat dan penyalahgunaan yang tidak terlihat.
- Nilai-nilai pemprograman yang tidak terlihat adalah perintahperintah yang programer kodekan menjadi program yang mungkin dapat atau tidak menghasilkan pemrosesan yang diinginkan pemakai. Selama penulisan program, programer harus membuat serangkaian pertimbangan nilai seperti bagaimana program mencapai tujuannya. Ini bukan suatu tindakan jahat dari pihak programer, tetapi lebih merupakan kurangnya pemahaman. Contoh dampak yang dapat timbul dari nilai-nilai pemrograman yang tidak terlihat adalah insiden nuklir Three Mile Island. Operator pembangkit listrik tersebut telah dilatih menangani keadaan gawat dengan menggunakan suatu model matematika. Model tersebut hanya dirancang untuk mensimulasikan terjadinya kerusakan
tunggal. Namun yang terjadi adalah kerusakan berganda secara serentak. Ketidakmampuan komputer memberikan apa yang diinginkan pemakainya disebabkan oleh faktor tak kasat mata ini.
-
Perhitungan rumit yang tidak terlihat berbentuk program-program yang demikian
rumit sehingga tidak dimengerti oleh pemakai. Manajer menggunakan tanpa
mengetahui sama sekali bagaimana program tersebut melaksanakan perhitungan.
- Penyalahgunaan yang tidak terlihat meliputi tindakan yang sengaja melanggar batasan hukum dan etika. Semua tindakan kejahatan computer termasuk kategori ini, demikian pula tindakan tidak etis seperti mengganggu hak privasi individual, dan memata-matai. Masyarakat karena itu sangat memperhatikan komputer – bagaimana komputer dapat diprogram untuk melakukan hampir segala sesuatu, bagaimana computer mengubah sebagian besar cara kita melakukan sesuatu, dan fakta bahwa yang dikerjakan komputer pada dasarnya tidak terlihat. Masyarakat mengharapkan bisnis diarahkan oleh etika computer dan dengan demikian meredakan kekhawatiran tersebut.
- Penyalahgunaan yang tidak terlihat meliputi tindakan yang sengaja melanggar batasan hukum dan etika. Semua tindakan kejahatan computer termasuk kategori ini, demikian pula tindakan tidak etis seperti mengganggu hak privasi individual, dan memata-matai. Masyarakat karena itu sangat memperhatikan komputer – bagaimana komputer dapat diprogram untuk melakukan hampir segala sesuatu, bagaimana computer mengubah sebagian besar cara kita melakukan sesuatu, dan fakta bahwa yang dikerjakan komputer pada dasarnya tidak terlihat. Masyarakat mengharapkan bisnis diarahkan oleh etika computer dan dengan demikian meredakan kekhawatiran tersebut.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Perilaku
Etika yang diarahkan oleh moral, etika, dan hukum.
Undang-Undang mengenai komputer sudah banyak diterapkan
di berbagai negara untuk mengantisipasi kekhawatiran dalam hak mendapatkan
akses data, privacy, kejahatan komputer. Di beberapa negara maju, undang-undang
ini dapat mempengaruhi penggunaan komputer ditempat lain di dunia. Perilaku
etika juga diarahkan melalui individu oleh etika dan moral. Etika dalam
memanfaatkan teknologi komputer amat penting bagi penggunanya karena mereka
memiliki persepsi dan ketakutan tertentu yang terkait dengan penggunaan
komputer. Dalam segala bidang yang hampir menggunakan teknologi menimbulkan
kekhawatiran dapat mengubah kehidupan sehari-hari atau menjadikan komputer
tidak terlihat bagi yang menjadi korban.
Perusahaan besar memiliki kewajiban untuk menetapkan
budaya etika yang harus diikuti oleh para karyawannya. Budaya ini didukung oleh
kredo perusahaan dan program-program etika. Di setiap perusahaan tentunya
memiliki auditor internal perusahaan yang berkontirbusi terhadapa penggunaan
etis sistem informasi dengan cara audit-operasional, finansial dan beriringan
dalam melibatkan diri dalam desain sistem pengendalian internal. Ketika
perusahaan merencanakan untuk menetapkan kode etiknya sendiri dan mengikut
praktik-praktiknya.
Penggunaan komputer di dunia bisnis diarahkan oleh
nilai moral dan etis manajer, spesialis, organisasi, dan pengguna serta adanya
ketentuan hukum yang berlaku. Hukum adalah yang termudah dalam
merepresentasikan karena bersifat tertulis. Namun etika tidak terdefinisi
demikian, dan bahkan tidak disetujui semua anggota masyarakat. Wilayah etika
komputer kompleks macam ini perlu diperhatikan. Untuk menerapkan budaya etika
yang sebagian besar dimiliki oleh CEO dari sebuah perusahaan adalah menentukan
kredo perusahaan, program etika, dan kode perusahaan yang telah disesuaikan.
Perusahaan kredo perusahaan merupakan sebuah pernyataan singkat mengenai
nilai-nilai yang ingin dijunjung oleh sebuah perusahaan.tujuannya dalah untuk
memberitahukan individu dan organisasi, baik di dalam ataupun diluar, akan
nilai-nilai etis yang dimiliki perusahaan tersebut. Kemudian program etika
adalah sebuah upaya yang terdiri atas berbagai aktivitas yang didesain untuk
memberikan petunjuk kepada para karyawan untuk menjalankan kredo perusahaan.
Aktivitas yang biasa dilakukan adalah sesi orientasi yang diadakan untuk
karyawan baru. Selama sesi itu perhatiannya yang cukup besar ditujukan untuk
masalah etika.
3.2 Contoh Kasus
Sebuah perusahaan memiliki karyawan yang banyak dan
memiliki fasilitas internet yang sangat memadai dibandingkan dengan perusahaan
lainnya. Tentu pekerjaan yang banyak dapat diselesaikan dengan cepat. Bagi
seseorang karyawan yang mungkin memiliki kinerja rata-rata baik mendapatkan
banyak waktu luang lebih. Mereka memanfaatkannya untuk mengunduh film, lagu,
file-file yang diluar dari task perusahaan. Kemudian pada saat browsing
sebagian data hilang akibat akses internet tersebut. Sesuai dengan kode etik
dan moral pengguna fasilitas akan dikenakan sanksi berlaku jika melakukan
kelalaian.
KESIMPULAN
Pemanfaatan
internet dalam perkembangan teknologi sejatinya harus memiliki rasa tanggung
jawab serta kode etik dan moral yang baik. Kesalahan-kesalahan yang tidak perlu
yang malah mengancam keberlangsungan aktifitas yang seharusnya tidak ada
masalah. Kode etik harus berdasarkan visi dari perusahaan dan cita-cita
pendiri. Perusahaan akan dikatakan bermoral dan beretis jika management top
level memberikan edukasi dan panduan yang baik.
Daftar Pustaka
[1] Thomsett, Rob. 2002. Radical Project Management.
Prentice Hall PTR.
[2]
http://mutiara-santika.blog.ugm.ac.id/2012/03/25/kode-etik-dalam-menggunakan-komputer/
[3]
Schell, George P.2007. Management Information System, 10th ed. Pearson Prentice
Hall: New Jersey.
[4] http://batukuya91.blogspot.com/p/etika-pemanfaatan-teknoogi-informasi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar