Kamis, 20 Maret 2014

DEDUKTIF

DEDUKTIF

PENGERTIAN DEDUKTIF
            Penalaran deduktif bertolak dari sebuah konklusi atau simpulan yang didapat dari suatu atau lebih pernyataan yan lebih umum. Simpulan yang diperoleh tidak mungkin lebih umum daripada proposisi tempat menarik simpulan itu. Proposisi tempat menarik simpulan itu disebut premis. Dengan kata lain, penalaran deduktif yaitu simpulan yang mengetengahkan hal yang umum untuk ditarik simpulan dalam hal yang bersifat khusus.
            Penarikan simpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
A.      Menarik simpulan secara langsung
Simpulan secara langsung ditarik dari satu premis.
Contoh :
·         Semua ikan berdarah dingin. (premis)
Sebagian ikan berdarah dingin adalah ikan. (simpulan)
·         Tidak seekor nyamuk pun adalah lalat. (premis)
Tidak seekor lalat pun adalah nyamuk. (simpulan)
·         Semua rudal adalah senjata berbahaya. (premis)
Tidak satu pun rudal adalah senjata tidak berbahaya. (simpulan)
·         Tidak seekor harimau pun adalah sin ga. (premis)
Semua harimau adalah bukan singa. (simpulan)
·         Semua gajah adalah berbelai. (premis)
Tidak satu pun gajah adalah tidak berbelai. (simpulan)
Tidak satu pun yang berbelai adalah gajah. (simpulan)

B.      Menarik Simpulan secara Tidak Langsung
Penalaran simpulan secara tidak langsung memerlukan dua premis sebagai data. Dari dua premis ini akan dihasilkan sebuah simpulan. Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umum dan yang ke dua adalah premis yang bersifat khusus. Penarikan simpulan tidak langsung memiliki beberapa jenis, yaitu sebagai berikut :
v  Silogisme Kategorial
            Silogisme kategorial adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Dua proposisi merupakan premis dan satu propoisisi merupakan simpulan. Premis yang bersifat khusus disebut premis minor. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor.
Contoh :
Semua manusia bijaksana.
Semua pedagang adalah manusia.
Jadi, semua pedagang bijaksana.

            Untuk menghasilkan simpulan harus ada term penengah sebagai penghubung antara premis mayor dan premis minor. Term penengah hanya terdapat pada premis, tidak terdapat pada simpulan. Jika term penengah tidak ada, maka simpulan tidak dapat diambil.
Aturan umum silogisme kategorial adalah sebagai berikut :
1.      Silogisme harus terdiri atas tiga term, yaitu term mayor, term minor dan term penengah.
2.      Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor dan simpulan.
3.      Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
4.      Bila salah satu premisnya negative, simpulan pasti negatif.
5.      Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
6.      Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7.      Bila salah satu premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8.      Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
v  Silogisme Hipotesis
                               Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang           berproposisi kondisional hipotesis. Jika premis minornya membenarkan    anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Jika premis minornya   menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
                    Contoh :
                   Jika besi dipanaskan, besi akan memuai.
                   Besi dipanaskan.
                   Jadi, besi memuai.
                   Jika besi tidak dipanaskan, besi tidak akan memuai.
                   Besi tidak dipanaskan.
                   Jadi, besi tidak memuai.

v  Silogisme Alternatif
            Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Jika premis minornya membenarkan salah satu alternatif, simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh :
Dia adalah seorang pedagang eceran aatau pedagang grosir.
Dia seorang pedagang eceran.
Jadi, dia bukan seorang pedagang grosir.
Dia adalah seorang pedagang eceran atau pedagang grosir.
Dia bukan seorang pedagang grosir.
Jadi, dia seorang pedagang eceran.

v  Entimen
Sebenarnya silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun dalam lisa. Akan tetapi, ada bentuk silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum, yang dikemukakanya hanya premis minor dan simpulan.
Contoh :
Semua sarjana adalah orang cerdas.
Ali adalah seorang sarjana.
Jadi, Ali adalah orang yang cerdas.

Dari silogisme ini dapat ditarik satu entimen, yaitu “Ali adalah seorang yang cerdas karena dia adalah seorang sarjana”.

Rumus Entimen :
 C = B karena C = A

Berikut ini contoh entimen :
Dia menerima hadiah pertama karena menang dalam sayembara itu.

Dengan demikian, silogisme dapat dijadikan entimen. Sebaliknya, sebuah entimen dapat diubah menjadi silogisme.


RANTAI DEDUKSI
            Rantai deduksi adalah penalaran yang deduktif dapat berlangsung lebih informal dari entimem. Orang tidak berhenti pada sebuah silogisme saja, tetapi dapat pula berupa merangkaikan beberapa bentuk silogisme yang tertuang dalam bentuk yang informal.
            Semua buah belimbing masam rasanya. (hasil generalisasi)
            Kali ini saya diberi lagi buah belimbing.
            Sebab itu, buah belimbing ini juga pasti masam rasanya. (deduksi)
            Saya tidak suka akan buah-buahan yang masam rasanya. (induksi: generalisasi)
            Ini adalah buah belimbing masam.
            Sebab itu, saya tidak suka buah belimbing ini  (deduksi)
            Saya tidak suka makan apa saja, yang tidak saya senangi  (induksi: generalisasi)
            Saya tidak suka buah ini.
            Sebab itu saya tidak akan memakannya. (deduksi)


Sumber :
-          Drs. Nanang Chaerul Anwar, Mpd., Ade Husnul, M. Hum., “Modul Bahasa Indonesia untuk SMK Kelas XI”, Yudhistira, 2006.

PENALARAN

PENALARAN

PENGERTIAN PENALARAN
            Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan. Fakta atau data yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar. Kalimat pernyataan yang dapat dipergunakan sebagai data itu disebut Proposisi.


PROPOSISI
            Proposisi ( reasoning ): suatu proses berfikir yang berusaha menghubungkan fakta atau evidensi yang diketahui menuju ke pada suatu kesimpulan. Proposisi dapat dibatasi sebagai pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung di dalamnya.
Contoh :
  1. Semua manusia akan mati pada suatu waktu.
  2. Beberapa orang Indonesia mempunyai kekayaan yang berlimpah.
  3. Kota Bandung hancur dalam perang dunia kedua karena bom atom.
  4. Semua gajah telah punah tahun 1980.

Catatan: kedua kalimat pertama dapat dibuktikan kebenarannya. Kedua kalimat terakhir dapat ditolak karena fakta yang menentang kebenarannya.

Proposisi dapat dibedakan berdasarkan :
  1. Jenis
  2. Kriteria

Berdasarkan jenis dibedakan dengan lingkaran yang disebut lingkaran Euler.
  1. Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek sama dengan perangkat yang terdapat dalam predikat.
Semua S adalah semua P
            Contoh : Semua sehat adalah semua tidak sakit.

2.      Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek menjadi bagian dari perangkat predikat.
            Semua S adalah P
            Contoh : Semua sepeda beroda.
           
            Sebaliknya, suatu perangkat predikat merupakan bagian dari peringkat subjek
            Sebagian S adalah P
            Contoh : Sebagian binatang adalah kera.

3.      Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek berada diluar perangkat predikat. Dengan kata lain, antara subjek dan predikat tidak terdapat relasi.
            Tidak satu pun S adalah P
            Contoh : Tidak seorang pun manusia adalah binatang.

4.      Sebagian perangkat yang tercakup dalam subjek berada di luar perangkat predikat.
            Sebagian S tidaklah P
            Contoh : Sebagian kaca tidaklah bening.

Jenis proposisi berdasarkan kriteria:
  1. Berdasarkan bentuk : proposisi tunggal dan proposisi majemuk;
  2. Berdasarkan sifatnya : proposisi kategorial dan proposisi kondisional;
  3. Berdasarkan kualitas : proposisi posititif (afirmatif) dan proposisi negatif;
  4. Berdasarkan kuantitas : proposisi umum (universal) dan proposisi khusus (partikular).

Bentuk-bentuk proposisi
            Berdasarkan dua jenis proposisi, yaitu berdasarkan kualitas dan kuantitas didapat empat macam proposisi, yaitu
1)      Proposisi umum-positif – proposisi A
2)      Proposisi umum-negatif – proposisi E
3)      Proposisi khusus-positif – proposisi I
4)      Proposisi khusus-negatif – proposisi O


INFERENSI & IMPLIKASI
         Fakta : hal yang ada tanpa memerhatikan atau
         mempersoalkan bagaimana pendapat orang lain.
         Inferensi ( infere ) : menarik kesimpulan.
         Implikasi ( implicare ) : melibat / merangkum.
         Inferensi : kesimpulan yang diturunkan dari fakta yang ada.
         Implikasi : rangkuman, sesuatu yang dianggap
         Ada karena sudah di rangkum dalam fakta/ evidensi itu sendiri.


EVIDENSI
Wujud Evidensi
            Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi. Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal dengan pernyataan dan penegasan. Pernyataan tidak berpengaruh apa-apa pada evidensi, ia hanya sekedar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak. Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi, atau sesuatu yang ada secara nyata.


Cara Menguji Data
Agar data dan informasi dapat dipergunakan dalam penalaran data dan informasi itu harus merupakan fakta. Sebab itu perlu diadakan pengujian-pengujian melalui cara-cara tertentu. Berikut ada beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk mengadakan pengujian tersebut.

·         Observasi
            Fakta-fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seorang pengarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat menggunakannya sebaik-baiknya dalam usaha meyakinkan para pembaca, maka diperlukan peninjauan atau observasi singkat untuk mengecek data atau informasi tersebut.

·         Kesaksian
            Keharusan menguji data dan informasi tidak harus selalu dilakukan dengan observasi, untuk itu pengarang atau penulis dapat melakukan pengujian dengan meminta kesaksian atau keterangan dari orang lain, yang mengalami sendiri tentang persoalan tersebut.

·         Autoritas
            Cara ketiga yang dapat digunakan untuk menguji fakta ialah meminta pendapat dari suatu authoritas, yakni pendapat dari seorang ahli, atau mereka yang menyelidiki fakta-fakta itu dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian, menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai keahlian mereka dalam bidang itu.


Cara Menguji fakta
            Seperti yang telah dikemukakan diatas, untuk menetapkan apakah data dan informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penelitian, apakah data dan informasi itu merupakan kenyataan atau yang sungguh-sungguh terjadi. Pada tahap selanjutnya pengarang atau penulis perlu mengadakan penilaian selanjutnya, guna memperkuat fakta yang akan digunakan sehingga memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Dengan kata lain, perlu diadakannya seleksi untuk menentukan fakta mana yang akan dijadikan evidensi.

·         Konsistensi
            Dasar pertama yang dapat dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan digunakan sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, bila evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada satu evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi lainnya.

·         Koheresi
            Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penelitian fakta yang dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi. Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus koheren dengan pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan sikap yang berlaku. Penulis harus dapat meyakinkan para pembaca untuk dapat setuju, atau menerima fakta-fakta dan jalan pikiran yang kemukakannya, maka secara konsekuen pula pembaca harus menerima hal lain, yaitu konklusinya.


Cara Memilih Authoritas
            Seorang penulis yang baik dan obyektif selalu akan menghindari semua desas-desus, atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja, atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data-data eksperimental. Apa yang harus dilakukan bila seorang menghadapi kenyataan bahwa pendapat autoritas-autoritas itu berbeda-beda? Yang dapat dilakukan adalah membandingkan-bandingkan authoritas-authoritas itu, mengadakan evaluasi atas pendapat-pendapat itu untuk menemukan suatu pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk menilai suatu authoritas, penulis dapat memilih beberapa pokok berikut.

·         Tidak Mengandung Prasangka
            Dasar pertama yang perlu diketahui oleh penulis adalah bahwa pendapat authoritas sama sekali tidak boleh mengandung prasangka, artinya pendapat itu disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli itu sendiri. Authoritas juga tidak boleh memperoleh keuntungan pribadi dari data-data eksperimentalnya. Untuk mengetahui apakah authoritas itu tidak memperoleh keuntungan pribadi dari pendapat dan kesimpulannya, penulis harus memperhatikan apakah authoritas itu mempunyai interes yang khusus terhadap sesuatu.

·         Pengalaman dan Pendidikan Authoritas
            Dasar kedua yang harus diperhitungkan penulis untuk menilai pendapat suatu authoritas adalah menyangkut pengalaman dan pendidikan authoritas. Semua itu diperlukan untuk memperkokoh kedudukan pendapatnya, berdasarkan pengalaman-pengalaman dan penelitian-penelitian yang dilakukannya. Tetapi sekurang-kurangnya  pendidikan serta pengalaman-pengalaman sebagai tampak dari tulisan-tulisan hasil penelitiannya akan memberi keyakinan pada penulis tentang authoritasnya.

·         Kemashuran dan prestise
            Faktor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai authoritas adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai authoritas itu hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain. Sering terjadi bahwa seseorang yang menjadi terkenal karena prestise tertentu, dianggap berwenang pula dalam segala bidang. Akan sangat salah ketika pendapatnya itu diambil dari orang yang tidak kompeten pada bidangnya dan dikutip dan diperlakukan sebagai autoritas tanpa mengadakan penilaian sampai dimana kebenaran pendapatnya itu.

·         Koherasi dan kemajuan
            Hal keempat yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah apakah pendapat yang diberikan oleh authoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan jaman, atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu.
            Pengetahuan dan pendapat terakhir tidak selalu berarti yang terbaik. Tetapi harus diakui bahwa pendapat itulah yang terbaik. Tetapi harus diakui bahwa pendapat-pendapat terakhir dari ahli dalam bidang yang sama lebih dapat diandalkan, karena authoritas-authoritas semacam itu memperoleh kesempatan yang paling baik untuk membandingkan semua pendapat sebelumnya, dengan segala kebaikan dan keburukannya atau kelemahannya, sehingga dapat mencetuskan pendapat yang lebih baik. (Eyang kalabahu).


Sumber :








  






Kamis, 13 Maret 2014

KALIMAT EFEKTIF

KALIMAT EFEKTIF


Pengertian Kalimat Efeketif
Dibawah ini adalah beberapa pengertian dari kalimat efektif :
·         Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan  untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti gagasan yang ada pada pikiran pembicara atau penulis. Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis.
·         Kalimat efektif adalah kalimat yang terdiri atas kata-kata yang mempunyai unsure SPOK (Subjek Predikat Objek dan Keterangan) atau kaliamt yang mempunyai idea tau gagasan pembicara/penulis.
·         Kalimat efektif adalah kalimat yang disusun menurut pola kalimat yang tepat sesuai dengan situasi yang menyertai.
·         Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat ditangkap dan mudah dipahami oleh pembaca, menghayati masing-masing tuturan itu.

Ciri-Ciri Kalimat Efektif
1.      Memiliki unsur penting atau pokok, minimal unsur SP (Subjek dan Predikat).
2.      Taat terhadap tata aturan ejaan yang berlaku.
3.      Menggunakan diksi yang tepat.
4.      Menggunakan kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang logis dan sistematis.
5.      Menggunakan kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai.
6.      Melakukan penekanan ide pokok.
7.      Mengacu pada kehematan penggunaan kata.
8.      Menggunakan variasi struktur kalimat.
9.      Hemat kata.
10.  Tidak ambigu.
11.  Langsung pada maksud kalimat (tidak bertele-tele).
12.  Sesuai dengan pola kalimat.
13.  Sesuai dengan kaidah kebahasaan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).
14.  Orang yang membaca atau mendengar kalimat tersebut langsung memahaminya dengan tepat.

Penggunaan Kalimat Efektif
·         Digunakan pada tulisan ilmiah seperti makalah, skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, dan sebagainya.
·         Kalimat efektif berbeda dengan kalimat yang dipakai oleh para sastrawan atau wartawan.

Syarat-Syarat Kalimat Efektif
1.      KELOGISAN
§  Kalimat pasif dan aktif harus jelas
§  Subjek da keterangan harus jelas
§  Pengantar kalimat dan predikat harus jelas
§  Induk kalimat dan anak kalimat harus jelas
§  Subjek tidak ganda
§  Predikat tidak didahului kata yang
Contoh :
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif/tidak efisien)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif/efisien)

2.      KEPARALELAN
      Predikat kalimat majemuk setara raptan harus parallel. Artinya, jika kata kerja, harus kata kerja semuanya; jika kata benda harus kata benda semuanya.
       Contoh :
       Harga sembako dibekukan atau kenaikan dengan luwes. (tidak  
efektif/tidak efisien)

       Harga sembako dibekukan atau dinaikkan dengan luwes. (efektif/efisien)

3.      KETEGASAN
§  Unsur-unsur yang ditonjolkan diletakkan di awal kalimat.
Contoh :
Presiden menegaskan agar kita selalu hidup disiplin.
§  Membuat urutan yang logis.
Misalnya 1, 2 dan 3; kecil, sedang dan besar; anak-anak, remaja dan orang tua, dsb.
                   Contoh :
                   Penggemarnya tidak hanya anak-anak, tetapi juga remaja, orang tua bahkan kakek-kakek.

4.      KEHEMATAN
      Kehematan adalah penggunaan kata-kata secara hemat, tetapi tidak mengurangi makna atau mengubah informasi.
§  Menghilangkan pengulangan subjek yang sama pada anak kalimat.
§  Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
§  Menghindarkan kesinoniman kata dalam kalimat.

Contoh :
Dikarenakan ia tidak diajak, dia tidak turut belajar berbarengan belajar di rumahku. (tidak efektif/tidak efisien)

Dikarenakan tidak diajak, dia tidak turut belajar berbarengan di rumahku. (efektif/efisien)

5.      KETEPATAN
      Ketepatan ialah pemakaian diksi atau pilihan kata harus tepat.
§  Pemakaian kata harus tepat
§  Kata berpasangan harus sesuai
§  Menghindari peniadaan preposisi.

6.      KECERMATAN
      Cermat ialah kalimat yang dihasilkan tideak menimbulkan tafsir ganda dan harus tepat diksinya. Prinsip kecermatan berarti cermat dan tepat menggunakan diksi. Agar tercapai kecermatan dan ketepatan diksi, harus memperhatikan pernyataan-pernyataan berikut ini :
§  Hindari penanggalan awalan
§  Hindari peluluhan bunyi / c /
§  Hindari bunyi / s /, / p /, / t /, dan / k / yang tidak luluh
§  Hindari pemakaian kata ambigu

7.      KEPADUAN
       Kepaduan ialah informasi yang disampaikan itu tidak terpecah-pecah.
§  Kallimat tidak bertele-tele dan harus sistematis.
§  Kalimat yang padu menggunakan pola aspek-agen-verbal atau aspek-verbal-pasien.
§  Diantara predikat kata kerja dan objek penderita tidak disisipkan kata daripada/tentang.

8.      KESEJAJARAN
      Kesejajaran adalah penggunaan bentuk-bentuk yang sama pada kata-kata yang paralel. Agar kalimat terlihat rapi dan bermakna sama, kesejajaran dalam kalimat diperlukan.
Contoh :
Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen, kerusakan barang, busuknya makanan dan jika hewan yang diletakkan di dalam bagasi tiba-tiba mati. (tidak efektif/tidak efisien)

Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen, kerusakan barang, kebusukan makanan dan kematian hewan. (efektif/efisien)

                Pada kalimat tersebut kata busuknya dan mati tidak parallel dengan kata kehilangan dan                           kerusakan, maka dua kata tersebut di sejajarkan menjadi kebusukan dan kematian.

9.      KEHARMONISAN
      Keharmonisan kalimat artinya setiap kalimat yang kita buat harus harmonis antara pola berpikir dan struktur bahasa.
§  Subjek
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, sosk, benda, sesuatu hal.

§  Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalaimat yang memberitahu melakuan apa atau dalam keadaan bagaimana subjek. Predikat dapat juga berupa sifat, situasi, status, ciri atau jati diri subjek.

§  Objek dan Pelengkap
Objek (O) dan Pelengkap adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat.

§  Keterangan
Keterangan (ket) adalah bagain kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagain yang lainnya.


Penerapan Kalimat Efektif
A.     Kalimat Efektif dan Penerepana EYD
      EYD merupakan kaidah yang berisi aturan tata tulis bahasa Indonesia yang harus diikuti dalam penulisan kecuali ada pertimbanagan khusus seperti masalah hukum, nama diri/pribadi, keilmuan (misalnya : Soekarno, Universitas Padjadjaran).

B.      Kalimat Efektif dan Pilihan Kata (Diksi)
§  Diksi adalah pemilahan, pemilihan dan penempatan kata ketika seseorang sedang berbahasa.
§  Kata-kata yang digunakan dalam tulisan dipilih untuk menyampaikan informasi.
§  Kata bersinonim adalah kata yang bentuknya berbeda, namun maknanya serupa.
§  Dalam membangun kalimat efektif, harus digunakan kata yang tepat.

C.      Kalimat Efektif dan Kesepadanan Serta Kesatuan
§  Kalimat yang lengkap dapat terdiri atas unsur-unsur kalimat yang meliputi subjek, predikat, objek, keterangan dan pelengkap.
§  Kesepadanan adalah hubungan timbal balik antara subjek dan predikat, antara predikat dan objek, serta dengan keterangan atau pelengkap.
§  Kesatuan adalah bahwa setiap kalimat harus mengandung satu ide pokok atau kesatuan pikiran.

Contoh:
Banyak orang yang pro dan kontra terhadap RUU Sisdiknas.

D.     Kalimat Efektif dan Kesejajaran Bentuk
§  Yang dimaksud kesejajaran (paralelisme) di dalam penyusunan kalimat efektif adalah penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama atau kontruksi bahasa yang sama dan dipakai dalam susunan serial.
§  Frasa (kelompok kata) disejajarkan dengan frasa. Demikian juga kata benda, kata kerja, disejajarkan dengan kata benda.

Contoh :
Penghapusan pangkalan asing dan penarikan kembali tentara imperalis dari bumi Asia-Afrika akan mempercepat perwujudan cita-cita segenap bangsa Asia-Afrika yang hendak menciptakan masyarakat yang aman, damai dan makmur.

E.      Kalimat Efektif dan Penekanan Ide Pokok
1)      Posisi Kata dalam Kalimat
Contoh :
§  Delegasi pemerintah Indonesia dan pimpinan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) akhirnya sepakat memulai perundingan tentang perdamaian di Aceh.
§  Pimpinan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan delegasi pemerintah Indonesia akhirnya sepakat memulai perundingan tentang perdamaian di Aceh.
§  Akhirnya delegasi pemerintah Indonesia dan pimpinan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sepakat memulai perundingan terntang perdamaian di Aceh.
§  Perundingan tentang perdamaian di Aceh akhirnya sepakat di mulai oleh delegasi pemerintah Indonesia dan pimpinan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

2)      Urutan Logis
Contoh :
§  Penderitaan para pengungsi itu susah, sulit dan tragis.
§  Yang datang saat itu para lurah, camat dan para bupati se-Propinsi Sumatera Selatan.

3)      Pengulangan Kata
Contoh :
Pembanguan dapat dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai banyak dimensi, tidak hanya dimensi ekonomi, tetapi juga dimensi politik, dimensi sosial dan dimensi budaya.

F.       Kalimat Efektif dan Penghematan Kata
1)      Pengulangan Unsur Kalimat
Contoh :
§  Pemuda itu segera mengubah rencananya setelah dia bertemu dengan pemimpin  perusahaan. 

(Pemuda itu segera mengubah rencananya setelah bertemu dengan pemimpin perusahaan).

§  Hadirin serentak berdiri begitu mereka mengetahui mempelaimemasuki ruangan.

(Hadirin serentak berdiri begitu mengetahui mempelai memasuki ruangan).

2)      Penggunaan Hiponimi
Contoh :
§  Rumah penduduk di kota itu terang benderang oleh cahanya (lampu) neon.
(Penduduk di kota itu terang benderang oleh neon).

§  Laju inflasi (bulan)Januari tahun lalu sebesar 0,7%, sedangkan (bulan) April tahun ini 1,5%.
(Laju inflasi Januari tahun lalu sebesar 0,7%, sedangkan April tahun ini 1,5%).

§  (Warna)kuning dan merah mendominasi suasana pemilu 1999.
(Kuning dan merah mendominasi suasana pemilu 1999).

§  Beliau dilahirkan di (Kota) Yogyakarta pada 1924.
(Beliau dilahirkan di Yogyakarta pada 1924).

§  Gejala (penyakit) TBC pada dirinya sudah lama diketahui.
(Gejala TBC pada dirinya sudah lama diketahui).

G.     Kalimat Efektif dan Variasi Struktur
1)      Variasi Panjang Pendek Kalimat
§  Kalimat yang pendek belum tentu mencerminkan kalimat yang baik atau efektif.
§  Kalimat yang panjang pun belum tentu selalu rumit dan tidak efektif. Kalimat yang panjang pun, karena yang akan diungkapkan cukup banyak dan perlu rinci, dapat lebih efektif.
§  Dalam suatu tulisan keduanya dapat dipadukan untuk menghindari kejenuhan pembaca.

2)      Pemilihan Jenis Kalimat
§  Variasi kalimat dapat dilakukakn juga dengan memanfaatkan berbagai jenis kalimat yang ada.
§  Ada tiga macam jenis kalimat ditinjau: kalimat berita, kalimat tanya dan kalimat perintah.
§  Dengan variasi kalimat berita, kalimat tanya dan kalimat perintah akan menyegarkan tulisan.

3)      Pemilihan Bentuk Aktif dan Pasif
§  Kalimat aktif apabila subjeknya melakukan suatu perbuatan.
§  Umumnya, predikat kalimat aktif berupa kata kerja yang berlawanan me-, ber-, dan ada pula yang tidak menggunakan awalan (aus).
§  Kalimat pasif apabila subjek kalimat tersebut tidak berperan sebagai pelaku, tetapi sebagai sasaran perbuatan yang dinyatakan oleh predikat.
§  Karya ilmiah umumnya cenderung menggunakan kalimat pasif untuk lebih menunjukkan hasil dari suatu perbuatan dari pada pelakunya.
§  Kalimat pasif dapat berciri predikat menggunakan imbuhan di- dan imbuhan ter-.

Sumber :
-          Drs. Nanang Chaerul Anwar, Mpd., “Modul Bahasa Indonesia untuk SMK Kelas X”, Yudhistira, 2007.
-          E-Book Universitas Gunadarma

























ALINIEA


Pengertian Alinea
Paragraf atau Alinea adalah karangan yang pendek atau singkat yang berisi sebuah pikiran dan di dukung himpunan kalimat yang saling berhubungan untuk membentuk satu gagasan. Fungsi Paragraf atau Alinea adalah mengembangkan tema.

Pengembangan Paragraf atau Alinea                                                                                                       Pengembangan paragraf atau alinea mencakup dua hal:
a.      Kemampuan memerinci secara maksimal gagasan utama alinea ke dalam gagasan-gagasan bawahan.
b.      Kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan bawahan ke dalam suatu urutan yang teratur.

Macam-macam Metode Pengembangan Paragraf
1.      Klimaks dan Anti Klimaks
2.      Sudut Pandangan /Point of View
3.      Proses
4.      Perbandingan dan Pertentangan
5.      Analogi
6.      Contoh
7.      Kausal
8.      Umum-Khusus /Khusus-Umum
9.      Klasifikasi
10.  Definisi Luas

Syarat Pengembangan Paragraf
1)      Kesatuan Paragraf
Dalam sebuah paragraph hanya memiliki satu gagasan utama. Gagasan utama itu dijelaskan oleh gagasan-gagasan penjelas. Kalimat-kalimat yang membentuk paragraph ditata sedemikian rupa, sehingga tidak ada sayu pun kalimat yang menyimpang dari ide pokok.
           
                 Perhatikan paragraf di bawah ini:
Jateng sukses. Kata ini meluncur gembira dari pelatih regu jateng setelah selesai pertandingan final Kejurnas Tinju Amatir, Minggu malam, di Gedung olah raga Jateng, Semarang. Pernyataan itu dianggap wajar karena apa yang diimpi-impikan selama ini dapat terwujud, yaitu satu medali emas, satu medali perak, dan satu medali perunggu. Hal itu ditambah lagi oleh pilihan tinju terbaik yang jatuh ke tangan Jateng. Hasil yang diperoleh itu adalah prestasi paling tinggi yang pernah diraih oleh Jateng dalam arena seperti itu.

2)      Koherensi atau Kepaduan
Merupakan hubungan antara kalimat dengan kalimat.
Unsur-unsur Kebahasaan:
a.      Repetisi
Pengulangan kata-kata yang dianggap cukup penting atau menjadi topik pembahasan.

b.      Kata Ganti
      Kata yang dipakai untuk menggantikan subyek pembicaraan.
Macam-macam kata ganti :
a. kata ganti orang pertama (I) : aku, saya, ku,
b. kata ganti orang kedua (II) : kamu, mu, kamu sekalian,
c. kata ganti orang ketiga (III) : Anda, Dia, Beliau, mereka, nya.

                   Ungkapan pengait paragraf dapat pula ditandai oleh kata ganti, baik kata
                   ganti orang maupun kata ganti yang lain.
                   Perhatikan paragraf di bawah ini.
Galuh, Hilmi, dan Andri adalah teman sekolah saya sejak SMA hingga perguruan tinggi. Mereka kini telah menyandang gelar Doktor dari sebuah universitas negeri di Bandung. Mereka merencanakan mendirikan sebuah universitas swasta. Mereka menghubungi saya dan mengajak bekerja sama, yaitu saya diminta menyediakan tempatnya karena kebetulan saya memiliki tanah yang luas dan strategis. Saya menyetujui permintaan mereka.

Kata mereka dipakai sebagai pengganti kata Galuh, Hilmi, dan Andri agar nama orang tidak disebutkan berkali-kali dalam satu paragraf. Penyebutan nama orang dalam satu paragraf dapat menimbulkan kebosanan serta menghilangkan keutuhan paragraf.

c.       Kata Transisi (ungkapan penghubung)
      Kata yang berada di antara kata ganti dan kata repetisi.
Macam-macam kata transisi :
a. Berhubungan dengan pertambahan
                        b. Berhubungan dengan pertentangan
c. Berhubungan dengan perbandingan
                        d. Berhubungan dengan akibat
                        e. Berhubungan dengan tujuan
                        f.  Berhubungan dengan singkatan
                        g. Berhubungan dengan waktu
h. Berhubungan dengantempat

Beberapa ungkapan penghubung antar kalimat yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut:
a)      Hubungan tambahan: lebih lagi, selanjutnya, di samping itu, tambahan pula, berikutnya, lalu, demikian pula, lagi pula, begitu juga, bahkan.
b)      Hubungan pertentangan: namun, bagaimana pun, akan tetapi, sebaliknya, wa-laupun demikian, meskipun begitu, lain halnya.
c)      Hubungan perbandingan: sama dengan itu, dalam hal demikian, sehubungan dengan itu.
           d)     Hubungan akibat: jadi, oleh sebab itu, akibatnya, maka, oleh karena itu.
           e)      Hubungan tujuan: untuk itu, untuk maksud itu.
           f)       Hubungan singkatan: singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada umumnya, dengan kata lain, sebagai       
                 simpulan.
          g)      Hubungan waktu: sementara itu, segera setelah itu, beberapa saat kemudian.
          h)      Hubungan tempat: berdekatan dengan itu.

Macam-Macam Paragraf atau Alinea
1.  Menurut fungsinya
a. Paragraf Pembuka
§  Isi alinea pembuka bertujuan mengutarakan suatu aspek pokok pembicaraan dalam karangan.

§  Difungsikan untuk:
·         Menghantar pokok pembicaraan
·         Menarik minat dan perhatian pembaca
·         Menyiapkan atau menata pikiran pembaca untuk mengetahui isi seluruh karangan

§  Dapat memanfaatkan
·         Kutipan, peribahasa, anekdot
·         Uraian mengenai pentingnya pokok pembicaraan
·         Suatu tantangan atas pendapat atau pernyataan seseorang
·         Uraian tentang pengalaman pribadi;
·         Uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan
·         Sebuah pertanyaan

      b.       Paragraf Penghubung
§  Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka

§  Difungsikan untuk:
·         Mengemukakan inti persoalan;
·         Memberi ilustrasi atau contoh
·         Menjelaskan hal yang akan diuraikan pada alinea berikutnya
·         Meringkas alinea sebelumnya
·         Mempersiapkan dasar atau landasan bagi simpulan

      c.      Paragraf Penutup
§  Berisi simpulan bagian karangan
§  Dimaksudkan untuk mengakhiri karangan
§  Tidak boleh terlalu panjang
§  Harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti karangan
§  Dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembaca

2. Menurut Posisi Kalimat Topik
a. Paragraf Deduktif
§  Kalimat utama terletak di awal paragraf
§  Menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu (urutan khusus ke umum)
    Contoh :
    Kebudayaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu kebudayaan fisik dan kebudayaan non-fisik. Kebudayaan fisik cukup jelas karena merujuk pada benda-benda, Kebudayaan non-fisik ada yang berupa pemikiran dan ada yang berupa wujud tingkah laku.
                         
       b.      Paragraf Induktif
§  Kalimat utama terletak di akhir paragraf
§  Menyajikan pokok permasalahan terlebih  dahulu (urutan umum ke khusus)
      Contoh :
Contoh hasil kebudayaan fisik adalah patung, bangunan, lukisan. Sedangkan   hasil kebudayaan yang berwujud tingkah laku diantaranya adalah sikap, kebiasaan, dan adat istiadat. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa kebudayaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu kebudayaan fisik dan kebudayaan non fisik.

       c.        Paragraf Deduktif–Induktif
§  Bila kalimat pokok ditempatkan pada bagian awal dan akhir alinea.
      Contoh :
Kebudayaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu kebudayaan fisik dan kebudayaan non fisik. Kebudayaan fisik cukup jelas karena merujuk pada benda-benda. Kebudayaan non fisik ada yang berupa pemikiran dan ada yang berupa wujud tingkah laku. Oleh karena itu, untuk membicarakan kebudayaan harusnya dapat dilihat dari dua sisi, yaitu kebudayaan fisik dan kebudayaan non fisik.

      d.      Paragraf Penuh Kalimat Topik
§  Bila seluruh kalimat yang membangun alinea sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat tersebut menjadi kalimat topik.
§  Sering dijumpai dalam uraian bersifat deskriptif dan naratif, terutama dalam karangan fiksi.
      Contoh :
Pagi hari itu aku duduk di bangku yang besar di belakang rumah. Matahari belum tinggi benar. Sinarnya mengusir dingin. Kuhirup udara pagi sepuas-puasku.

Berdasarkan sifat isinya:
a.      Paragraf Argumentasi
          Paragraf argumentasi paragraf yang berusaha meyakinkan bahwa hal yang dikemukakan adalah benar.           Cara meyakinkan kebenaran itu biasanya dengan cara mengajukan sejumlah fakta.
          Perhatikan contoh berikut:
          Hampir semua orang yang pernah tinggal tinggal di kota Bandung menyatakan merasa betah tinggal di           kota tersebut. Bahkan, umumnya mereka berusaha tetap tinggal di kota ini. Bisa dimengerti mengapa             mereka merasa betah. Kota ini memiliki hawa yang sejuk. Tingkat kriminalitasnya juga relatif kecil bila           dibandingkan dengan kotasetaranya, Surabaya dan Medan misalnya. Terdapat banyak lembaga                     pendidikan tinggi negeri di dalamnya. Juga, kotanya tidak terlalu besar seperti Jakarta, sehingga dari               satu sudut kota ke sudut kota lainnya tidak terlalu jauh. Itulah beberapa hal yang menyebabkan para             pendatang rela tinggal berdesakan di kota ini.

b.   Paragraf Narasi
Paragraf narasi adalah paragraf yang berusaha menceritakan peristiwa demi peristiwa yang dialami seorang tokoh.
Perhatikan contoh berikut :
Hari itu ia telusuri sudut demi sudut kota Bandung yang amat dicintainya seolah-olah tidak
mau ada satu pun sudut yang terlewat terlewat. Setiap sudut yang disinggahinya menyisakan kenangan amat mendalam baginya. Mula-mula ia telusuri sudut Setiabudi. Di wilayah ini ia menyimpan amat banyak kenangan. Penelusuran dilanjutkan ke wilayah balai kota dan sekitarnya. Di sini pun ia amat hanyut dengan kenangan bersama-sama sahabatnya, juga kekasihnya. Lalu, ia lanjutkan menyusuri wilayah alun-alun yang sekarang telah berubah total dari masa dua puluh tahun yang lalu. Lagi-lagi ia terhanyut dalam kenangan masa lalunya. Setiap tempat, setiap sudut kota itu, yang ada hanyalah kenangan indah baginya, seluruhnya.

c.       Paragraf Persuasi
Isi alinea mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca. Alinea persuasif banyak dipakai dalam penulisan iklan terutama advertorial yang mengisi lembaran koran atau majalah.
Perhatikan contoh berikut :
      Hadir sebagai ponsel bisnis, E72 tampil elegan dan sarat teknologi. Didukung oleh OVI services, Nokia E72 memiliki berbagai feature untuk mendukung berbagai keperluan bisnis dan kerja Anda. Menurut Dominikus Susanto - Retail & Customer Marketing Manager Nokia Indonesia seluruh handset Nokia tidak hanya hadir Indonesia, seluruh handset Nokia tidak hanya hadir dengan spesifikasi hardware yang tinggi, namun juga berbagai feature dan aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Dengan begitu banyak feature bisnis yang disuguhkan, tidak salah apabila Nokia E72 menjadi pilihan bagi Anda yang sering berkomunikasi menggunakan e-mail dan online messaging.

d.      Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang berusaha menjelaskan sesuatu atau memerikan sesuatu. Penjelasan atau pemerian seringkali bertolak dari satu definisi.
Perhatikan contoh berikut :
Pasar Tanah Abang adalah pasar yang kompleks. Di lantai dasar terdapat Sembilan puluh kios penjual kain. Setiap hari rata-rata terjual tiga ratus meter kain untuk setiap kios. Dari data ini dapat diperkirakan berapa besar uang yang masuk ke kas DKI Jakarta dari Pasar Tanah Abang

e.      Paragraf Deskripsi
Paragraf jenis ini berisi kalimat-kalimat yang mendeskripsikan,menggambarkan sesuatu.
Misalnya deskripsi kota Bandung pada pagi hari.
Perhatikan contoh berikut :
Pasar Tanah Abang adalah sebuah pasar yang sempurna. Semua barang ada di sana. Di
toko yang paling depan berderet toko sepatu. Di lantai dasar terdap yg gp at toko kain yang lengkap. Di samping kanan pasar terdapat warung-warung kecil penjual sayur dan bahan dapur. Di samping kiri adalah tempat para penjual buah. Pada bagian belakang kita dapat menemukan berpuluh-puluh pedagang daging.



Sumber :












KUTIPAN & DAFTAR PUSTAKA

Penulisan Kutipan
Dalam penulisan karya ilmiah, termasuk buku ajar, sering ditemui rangkuman dan pengutipan dari berbagai sumber acuan. Pengutipan adalah penggunaan teori, konsep, ide, dan lain yang sejenis yang berasal dari sumber lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Semua pengutipan harus disertai perujukan. Kealpaan untuk merujuk kutipan dapat dianggap melanggar etika penulisan karya ilmiah. Format perujukan kutipan mengikuti ketentuan-ketentuan berikut.
1.      Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah kutipan yang ditulis sama persis dengan sumber aslinya, baik bahasa maupun ejaannya. Rujukan ditulis di antara tanda kurung, dimulai dengan nama akhir sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka, tanda koma, tahun terbitan, titik dua, spasi, dan diakhiri dengan nomor halaman.
a.      Kutipan yang panjangnya kurang dari empat baris dimasukkan ke dalam teks, diketik
seperti ketikan teks, diawali dan diakhiri dengan tanda petik (“). Sumber rujukan ditulis langsung sebelum atau sesudah teks kutipan.
b.      Kutipan yang terdiri dari empat baris atau lebih, diketik satu spasi, dimulai tujuh
ketukan dari batas tepi kiri. Sumber rujukan ditulis langsung sebelum teks kutipan.
c.       Apabila pengutip memandang perlu untuk menghilangkan beberapa bagian kalimat, maka pada bagian itu diberi titik sebanyak tiga buah. Bila pengutip ingin menghilangkan satu kalimat atau lebih, maka pada bagian yang dihilangkan tersebut diganti dengan titik-titik sepanjang satu baris.
d.      Apabila pengutip ingin memberi penjelasan atau menggarisbawahi bagian yang dianggap penting, pengutip harus memberikan keterangan. Keterangan tersebut berada di antara tanda kurung, misalnya: (garis bawah oleh pengutip).
e.      Apabila penulis menganggap bahwa ada suatu kesalahan dalam kutipan, dapat
dinyatakan dengan menuliskan simbol (sic!) langsung setelah kesalahan tersebut.
f.        Kutipan langsung ditampilkan untuk mengemukakan konsep atau informasi sebagai data.
g.      Kutipan langsung dari referensi asing diberi terjemahannya di bawah kutipan langsung.

2.      Kutipan Tidak Langsung
Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang tidak sama persis dengan aslinya. Pengutip hanya mengambil pokok pikiran dari sumber yang dikutip untuk dinyatakan kembali dengan kalimat yang disusun oleh pengutip.
a.      Kalimat-kalimat yang mengandung kutipan ide tersebut ditulis dengan spasi rangkap   
sebagaimana teks biasa.
b.      Semua kutipan harus dirujuk. Sumber rujukan dapat ditulis sebelum atau sesudah
kalimat-kalimat yang mengandung kutipan.
c.       Apabila ditulis sebelum teks kutipan, nama akhir sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka masuk ke dalam teks, diikuti dengan tahun terbitan di antara tanda kurung.
d.      Apabila ditulis sesudah teks kutipan, rujukan ditulis di antara tanda kurung, dimulai
dengan nama akhir sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka, titik dua, dan diakhiri dengan tahun terbitan.


Penulisan Daftar Pustaka
Daftar pustaka berisi keterangan mengenai sumber rujukan yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir. Keterangan ini meliputi nama pengarang, tahun terbitan, judul buku, kota penerbitan, dan nama penerbit. Gelar yang dimiliki pengarang tidak dicantumkan dalam daftar pustaka.

Daftar rujukan dapat berupa buku teks, jurnal penelitian, laporan penelitian, tugas akhir seperti skripsi dan disertasi, dan terbitan karya ilmiah. Daftar pustaka disusun secara alfabetis menurut nama belakang pengarang dan tidak perlu menggunakan nomor urut.

Apabila terdapat dua atau lebih nama pengarang yang sama, pengurutan dilakukan mulai dari tahun terbitan yang terbaru. Untuk terbitan-terbitan berikutnya, nama pengarang tidak ditulis, tetapi diganti dengan garis lurus tengah (bukan garis bawah) sepanjang 7 ketukan. Daftar pustaka ditulis tanpa nomor.
Tiap-tiap jenis rujukan mengikuti sistematika penulisan yang berbeda. Sistematika itu dapat diikuti satu per satu berikut ini.

1. Buku
Penulisan buku mengikuti urutan komponen sebagai berikut: Nama belakang pengarang, koma, nama atau nama-nama depan (apabila ada), titik, tahun terbitan, titik, nama buku dengan huruf cetak miring, titik, nama kota tempat penerbitan, titik dua, nama penerbit, titik. Bila pengarang buku lebih dari seorang, nama pengarang kedua dan seterusnya boleh tidak dibalik (ditulis apa adanya). Bila buku telah mengalami pengeditan, tuliskan edisi keberapa di dalam kurung setelah nama buku tersebut. Berikut adalah contoh-contoh penulisan daftar pustaka untuk beberapa jenis buku.
Contoh :
§  Bailey, K. M., and R. Ochsner. 1983. A Methodological Review of The Diary Studies: Windwill Tilting or Social Science? dalam K. M. Bailey, M. H. Long, dan S. Peck (Eds.). Second Language Acquisition Studies. Rowley, Mass.: Newbury House.
§  Cohen, J. 1977. Statistical Power Analysis for the Behavioral Science (Revised Ed.). New York : Academic Press.
§  Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Apabila nama pengarang lebih dari satu kata, ditulis sesuai dengan apa yang tertera pada sumber rujukan. Apabila pada sumber rujukan tidak disingkat, penulisannya juga tidak disingkat. Sebaliknya, apabila pada sumber rujukan disingkat, penulisannya juga disingkat.

2. Jurnal dan Terbitan Karya Ilmiah Sejenis
Penulisan rujukan artikel jurnal dan terbitan karya ilmiah yang sejenis mengikuti urutan: nama belakang pengarang, koma, nama atau nama-nama depan (apabila ada), titik, tahun penerbitan, titik, judul artikel (diketik biasa dan hanya kata terdepan dimulai dengan huruf kapital kecuali kata yang menunjukkan nama), titik, nama jurnal dengan cetak miring, koma, nomor jurnal dengan cetak miring, koma, nomor-nomor halaman dalam jurnal, titik.
Contoh :
§  Nuryanto, F. 1996. “Penggunaan Ragam Bahasa Indonesia Ilmiah oleh Dosen IKIP Yogyakarta”. Jurnal Kependidikan, 1, XXIV, hlm. 85-100.
§  Herawati, E. N. 1996. “Beksan Srimpi dan Nilai-nilai yang Dikandungnya: Sebuah Tinjauan Apresiatif”. Diksi, 9, IV, hlm. 81- 9.

Jenis sumber rujukan ini dapat berbentuk tugas akhir, thesis, disertasi, dan laporan penelitian. Penulisan daftar pustakanya mengikuti format penulisan daftar pustaka untuk buku, ditambah dengan keterangan jenis karya ilmiah tersebut. Berikut ini contoh penulisan daftar pustaka yang berupa karya ilmiah yang tidak diterbitkan.
Contoh :
    §  Utari, D. 1993. Penggunaan Tableau de Feutre dalam Pengajaran Ketrampilan Berbicara. Makalah              TABS. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis, FPBS IKIP Yogyakarta.
    §  Mahmudah, Z. 1995. Pelecehan Seksual dalam Drama Der Besuch der Alten Dame. Skripsi S1.                 Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman, FPBS IKIP Yogyakarta. 

3. Dokumen Resmi
Dokumen resmi adalah dokumen-dokumen yang dikeluarkan oleh lembaga resmi. Untuk rujukan jenis ini digunakan nama lembaga sebagai nama penulis. Komponen yang lain mengikuti ketentuan-ketentuan yang sama. Pada umumnya, nama penerbit sama dengan nama lembaga yang tertulis di depan.
Contoh :
§  Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Garis-garis Besar Program Pengajaran: Bidang Studi Bahasa Inggris. Jakarta: Depdikbud.
§  Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yogyakarta. 1994. Peraturan Akademik 1994. Yogyakarta: UPP IKIP YOGYAKARTA.

     4.      Rujukan dengan Pengarang yang Sama
           Untuk daftar pustaka dengan dua atau lebih pengarang yang sama, nama pengarang yang kedua dan        
           seterusnya tidak ditulis lengkap, tetapi diganti dengan garis lurus tengah (bukan garis bawah). Pengurutan 
           alfabetik dilakukan mulai dari tahun terbitan yang terbaru. Apabila tahun terbitan sama, digunakan huruf 
           arab kecil langsung setelah tahun. Ketikan dimulai 7 ketukan dari batas tepi kiri.
Contoh :
§  Ellis, R. 1992. Understanding Second Language Acquisition (2ndEd.). Oxford: Oxford University Press.
§  ______ 1990a. Classroom Second Language Development. London: Prentice Hall.
§  ______ 1990b. Instructed Second Language Development. Oxford: Blackwell.

5.Internet
Penulisan daftar pustaka yang bersumber internet mengikuti model berikut ini.
Contoh :
§ Beasley, C.J. 1990. “Content-based Language Instruction: Helping ESL/EFL Students with Language and Study skills at Tertiary”. TEASOL in Context, 1, 10-14. http://cleo.murdoch.edu.au/ 08/04/04.

§ Cook, Vivian. 1996. “Some Relationships between Linguistics And Second Language Research”, http://privatewww.essex.ac.uk/~vcook/. Diakses pada tanggal 8 April 2004.

 6.      Koran
Penulisan daftar pustaka yang bersumber dari koran dapat mengikuti model berikut.
Contoh :
§  Sarjono, Hari. 2010. “Bahasa sebagai Alat Pemersatu Bangsa”. Kompas Edisi 5 Oktober.
§  Ubaddah, Nashif. 2011. “terror Bom: Penyebaran Ketakutan dan Tips Menghadapi Terorisme”. Kompasionline Edisi 20 September.
Sumber :