PENALARAN INDUKTIF
Penalaran
Induktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus dan
menghasilkan simpulan yang umum. Dengan kata lain, simoulan yang diperoleh
tidak lebih khusus daripada pernyataan (premis).
Beberapa bentuk penalaran induktif
adalah sebagai berikut :
A.
Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran
yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk
mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Dari beberapa gejala dan data, kita
ragu-ragu mengatakan bahawa “Lulusan sekolah A pintar-pintar”. Hal ini dapat
kita simpulkan setelah beberapa data sebagai pernyataan memberikan gambaran
seperti itu.
Contoh :
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.
Sahih (sah/benar) atau tidak sahihnya
simpulan generalisasi itu dapat dilihat dari hal-hal berikut ini :
1. Data itu harus memadai jumlahnya.
Makin banyak data yang dipaparkan, makin sahih simpulan yang diperoleh.
2. Data itu harus mewakili keseluruhan.
Dari data yang sama itu akan dihasilkan simpulan yang sahih.
3. Pengecualian perlu diperhitungkan
karena data-data yang mempunyai sifat khusus tidak dapat dijadikan data.
B.
Analogi
Analogi adalah cara penarikan
penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Contoh :
Ayu adalah sarjana komputer.
Ayu dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Tari adalah sarjana komputer.
Oleh sebab itu, Tari dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Tujuan penalaran secara analogi
adalah sebagai berikut :
1. Analogi dilakukan untuk meramalkan
kesamaan.
2. Analogi dilakukan untuk menyingkapkan
kekeliruan.
3. Analogi dilakukan untuk menyusun
klasifikasi.
C.
Hubungan
Kausal
Hubungan Kausal adalah penalaran yang
diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Misalnya, tombol ditekan akibatnya bel berbunyi.
Dalam hal kehidupan sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita temukan. Hujan turun sangat deras sehingga
jalan-jalan becek. Pada umumnya, hubungan kausal memiliki tiga pola, yaitu :
1. Hubungan sebab-akibat
Hubungan sebab-akibat adalah proses berpikir yang bertolak
dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai sebab menuju ke peristiwa yang
dianggap sebagai akibat.
2. Hubungan akibat-sebab
Hubungan akibat-sebab adalah proses berpikir yang bertolak
dari suatu peristiwa yang dianggap
sebagai akibat menuju ke peristiwa yang dianggap sebagai sebab.
3. Hubungan akibat-akibat
Hubungan akibat-akibat adalah proses berpikir yang bertolak
dari suatu akibat yang menuju ke akibat yang lain tanpa menyebut atau mencari
sebab umum yang menimbulkan akibat-akibat tersebut.
Peristiwa 1 menjadi sebab bagi peristiwa 2, peristiwa 2 yang
merupakan akibat dari peristiwa 1 menjadi sebab bagi peristiwa ke 3, peristiwa
3 lalu menjadi sebab bagi peristiwa 4, begitu seterusnya.
Sumber :
-
Drs. Nanang
Chaerul Anwar, Mpd., Ade Husnul, M. Hum., “Modul Bahasa Indonesia untuk SMK
Kelas XI”, Yudhistira, 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar