Manusia dan Pemerintah
Tampaknya
kemiskinan terus menjadi masalah klasik bangsa Indonesia. Sejak
memproklamasikan kemerdekaan hingga saat ini, persoalan kemiskinan tetap
menjadi persoalan yang belum juga terselesaikan. Padahal sepanjang sejarah
berdirinya negara ini yang juga telah mengalami pergantian kepala negara,
berbagai program pembangunan yang ditujukan bagi pengentasan kemiskinan telah
banyak dilakukan. Tampaknya ada sesuatu yang kurang tepat dalam pembangunan
yang telah dilakukan. Selama ini pembangunan lebih diprioritaskan pada
pembangunan secara fisik.
Dalam
melaksanakan pembangunan ini kita tidak boleh melupakan unsur manusia yang
tinggal di dalamnya. Penduduk harus ditempatkan sebagai titik sentral kegiatan
pembangunan.
Masalah
kependudukan yang kita hadapi tidak hanya masalah pertumbuhan penduduk dan
pengangguran saja, melainkan juga menyangkut kualitas sumber daya manusia
(SDM). SDM yang tidak berkualitas akan mengalami kesulitan dalam upaya mencari
penghidupan yang layak. Akibatnya kemiskinan akan merebak dimana-mana.
Selama
ini pembangunan yang dilaksanakan lebih diartikan sebagai kegiatan mendirikan
gedung-gedung, membangun jalan-jalan dan infrastruktur. Pembangunan lebih
menekankan pada aspek fisik. Padahal hakikat pembangunan tidaklah sesempit itu.
Pembangunan pada akhirnya harus bermanfaat bagi masyarakat yang tinggal di
dalamnya. Jadi pembangunan harus dapat mengangkat kualitas dari masyarakatnya.
Kemiskinan
memiliki banyak wajah yang berbeda antar daerah dan waktu. Hal ini berarti
masalah kemiskinan merupakan masalah multidimensi. Kemiskinan tidak hanya
berbicara masalah pendapatan yang rendah, tetapi juga menyangkut masalah
perumahan yang buruk, rendahnya pembangunan manusia (human development)
dalam hal pendidikan dan kesehatan, ketiadaan akses pada aset-aset produktif,
ketakutan akan masa depan, dan lain-lain.
Dalam
memahami kemiskinan dapat ditinjau dari beberapa pendekatan, yaitu :
1. Pendekatan
pendapatan (income approach) dimana seseorang disebut miskin jika
pendapatan dan konsumsinya berada di bawah tingkat tertentu yaitu tingkat
pendapatan dan pengeluaran minimal yang layak secara sosial.
2. Pendekatan kebutuhan dasar (basic
needs approach) dimana seseorang disebut miskin jika tidak mampu memenuhi
kebutuhan dasarnya seperti makanan, sandang, papan, sekolah dasar, dan
lain-lain.
3. Pendekatan
aksesibilitas dimana seseorang miskin karena kurangnya akses terhadap aset
produktif, akses terhadap infrastruktur sosial dan fisik, akses terhadap
informasi, akses terhadap pasar, dan akses terhadap teknologi.
4. Pendekatan
kemampuan manusia (human capability approach) dimana seseorang disebut
miskin jika tidak memiliki kemampuan yang dapat berfungsi pada tingkat minimal.
5.
Pendekatan ketimpangan (inequality approach) yang merupakan pendekatan
kemiskinan
relatif.
KESIMPULAN
:
Tidak
dapat dipungkiri bahwa pembangunan manusia merupakan aspek yang terpenting
dalam kegiatan pembangunan. Terkait dengan anggaran pemerintah sebenarnya cukup
untuk memenuhi hak-hak dasar warga negaranya misalnya untuk pengentasan
kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan. Namun masalahnya kadang-kadang tidak
tepat sasaran dalam efisiensi penggunaan anggaran.
Sumber:
http://indradarmawanusd.wordpress.com/2006/12/02/pembangunan-manusia-dan-pemberdayaan-masyarakat-miskin/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar