PENALARAN
PENGERTIAN PENALARAN
Penalaran adalah suatu proses
berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga
sampai pada suatu simpulan. Fakta atau data yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar. Kalimat pernyataan yang dapat
dipergunakan sebagai data itu disebut Proposisi.
PROPOSISI
Proposisi ( reasoning ):
suatu proses berfikir yang berusaha menghubungkan fakta atau evidensi yang
diketahui menuju ke pada suatu kesimpulan.
Proposisi dapat dibatasi sebagai pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya
atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung di dalamnya.
Contoh :
- Semua
manusia akan mati pada suatu waktu.
- Beberapa
orang Indonesia mempunyai kekayaan yang berlimpah.
- Kota
Bandung hancur dalam perang dunia kedua karena bom atom.
- Semua
gajah telah punah tahun 1980.
Catatan: kedua kalimat pertama dapat dibuktikan kebenarannya. Kedua
kalimat terakhir dapat ditolak karena fakta yang menentang kebenarannya.
Proposisi dapat dibedakan berdasarkan :
- Jenis
- Kriteria
Berdasarkan jenis dibedakan dengan lingkaran yang disebut lingkaran
Euler.
- Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek sama dengan perangkat
yang terdapat dalam predikat.
Semua S adalah semua P
Contoh : Semua sehat
adalah semua tidak sakit.
2.
Suatu perangkat yang
tercakup dalam subjek menjadi bagian dari perangkat predikat.
Semua S adalah P
Contoh : Semua sepeda
beroda.
Sebaliknya, suatu
perangkat predikat merupakan bagian dari peringkat subjek
Sebagian S adalah P
Contoh : Sebagian
binatang adalah kera.
3.
Suatu perangkat yang
tercakup dalam subjek berada diluar perangkat predikat. Dengan kata lain,
antara subjek dan predikat tidak terdapat relasi.
Tidak satu pun S
adalah P
Contoh : Tidak seorang
pun manusia adalah binatang.
4.
Sebagian perangkat yang
tercakup dalam subjek berada di luar perangkat predikat.
Sebagian S tidaklah P
Contoh : Sebagian kaca
tidaklah bening.
Jenis proposisi berdasarkan kriteria:
- Berdasarkan bentuk : proposisi tunggal dan proposisi majemuk;
- Berdasarkan sifatnya : proposisi kategorial dan proposisi
kondisional;
- Berdasarkan kualitas : proposisi posititif (afirmatif) dan
proposisi negatif;
- Berdasarkan kuantitas : proposisi umum (universal) dan proposisi
khusus (partikular).
Bentuk-bentuk proposisi
Berdasarkan dua jenis
proposisi, yaitu berdasarkan kualitas dan kuantitas didapat empat macam
proposisi, yaitu
1)
Proposisi umum-positif –
proposisi A
2)
Proposisi umum-negatif –
proposisi E
3)
Proposisi khusus-positif
– proposisi I
4)
Proposisi khusus-negatif
– proposisi O
INFERENSI
& IMPLIKASI
•
Fakta : hal yang ada
tanpa memerhatikan atau
•
mempersoalkan bagaimana
pendapat orang lain.
•
Inferensi ( infere ) : menarik kesimpulan.
•
Implikasi ( implicare ) : melibat / merangkum.
•
Inferensi : kesimpulan yang diturunkan dari fakta yang ada.
•
Implikasi : rangkuman, sesuatu yang dianggap
•
Ada karena sudah di rangkum dalam fakta/ evidensi itu sendiri.
EVIDENSI
Wujud Evidensi
Unsur yang paling
penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi. Pada
hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua
informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk
membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh
dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal dengan pernyataan dan penegasan. Pernyataan
tidak berpengaruh apa-apa pada evidensi, ia hanya sekedar menegaskan apakah
suatu fakta itu benar atau tidak. Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi, atau
sesuatu yang ada secara nyata.
Cara Menguji Data
Agar data dan informasi dapat dipergunakan dalam penalaran data
dan informasi itu harus merupakan fakta. Sebab itu perlu diadakan pengujian-pengujian
melalui cara-cara tertentu. Berikut ada beberapa cara yang dapat dipergunakan
untuk mengadakan pengujian tersebut.
·
Observasi
Fakta-fakta yang
diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seorang pengarang atau
penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat
menggunakannya sebaik-baiknya dalam usaha meyakinkan para pembaca, maka
diperlukan peninjauan atau observasi singkat untuk mengecek data atau informasi
tersebut.
·
Kesaksian
Keharusan menguji
data dan informasi tidak harus selalu dilakukan dengan observasi, untuk itu
pengarang atau penulis dapat melakukan pengujian dengan meminta kesaksian atau
keterangan dari orang lain, yang mengalami sendiri tentang persoalan tersebut.
·
Autoritas
Cara ketiga yang
dapat digunakan untuk menguji fakta ialah meminta pendapat dari suatu authoritas,
yakni pendapat dari seorang ahli, atau mereka yang menyelidiki fakta-fakta itu
dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian, menilai semua fakta kemudian
memberikan pendapat mereka sesuai keahlian mereka dalam bidang itu.
Cara Menguji fakta
Seperti yang
telah dikemukakan diatas, untuk menetapkan apakah data dan informasi yang kita
peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penelitian, apakah data dan
informasi itu merupakan kenyataan atau yang sungguh-sungguh terjadi. Pada tahap
selanjutnya pengarang atau penulis perlu mengadakan penilaian selanjutnya, guna
memperkuat fakta yang akan digunakan sehingga memperkuat kesimpulan yang akan
diambil. Dengan kata lain, perlu diadakannya seleksi untuk menentukan fakta
mana yang akan dijadikan evidensi.
·
Konsistensi
Dasar pertama
yang dapat dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan digunakan sebagai
evidensi adalah kekonsistenan.
Sebuah argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga persuasif yang
tinggi, bila evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada satu evidensi
bertentangan atau melemahkan evidensi lainnya.
·
Koheresi
Dasar kedua yang
dapat dipakai untuk mengadakan penelitian fakta yang dapat dipergunakan sebagai
evidensi adalah masalah koherensi. Semua fakta yang akan digunakan sebagai
evidensi harus koheren
dengan pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan sikap yang
berlaku. Penulis harus dapat meyakinkan para pembaca untuk dapat setuju, atau
menerima fakta-fakta dan jalan pikiran yang kemukakannya, maka secara konsekuen
pula pembaca harus menerima hal lain, yaitu konklusinya.
Cara Memilih Authoritas
Seorang penulis
yang baik dan obyektif selalu akan menghindari semua desas-desus, atau
kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang
hanya merupakan pendapat saja, atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan
atas penelitian atau data-data eksperimental. Apa yang harus dilakukan bila seorang
menghadapi kenyataan bahwa pendapat autoritas-autoritas itu berbeda-beda? Yang
dapat dilakukan adalah membandingkan-bandingkan authoritas-authoritas itu,
mengadakan evaluasi atas pendapat-pendapat itu untuk menemukan suatu pendapat
yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk menilai suatu authoritas, penulis dapat
memilih beberapa pokok berikut.
·
Tidak Mengandung Prasangka
Dasar pertama
yang perlu diketahui oleh penulis adalah bahwa pendapat authoritas sama sekali
tidak boleh mengandung prasangka, artinya pendapat itu disusun berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli itu sendiri. Authoritas juga tidak
boleh memperoleh keuntungan pribadi dari data-data eksperimentalnya. Untuk
mengetahui apakah authoritas itu tidak memperoleh keuntungan pribadi dari
pendapat dan kesimpulannya, penulis harus memperhatikan apakah authoritas itu
mempunyai interes yang khusus terhadap sesuatu.
·
Pengalaman dan Pendidikan Authoritas
Dasar kedua yang
harus diperhitungkan penulis untuk menilai pendapat suatu authoritas adalah
menyangkut pengalaman dan pendidikan authoritas. Semua itu diperlukan untuk
memperkokoh kedudukan pendapatnya, berdasarkan pengalaman-pengalaman dan
penelitian-penelitian yang dilakukannya. Tetapi sekurang-kurangnya
pendidikan serta pengalaman-pengalaman sebagai tampak dari tulisan-tulisan
hasil penelitiannya akan memberi keyakinan pada penulis tentang authoritasnya.
·
Kemashuran dan prestise
Faktor ketiga
yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai authoritas adalah meneliti
apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai authoritas itu hanya
sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain.
Sering terjadi bahwa seseorang yang menjadi terkenal karena prestise tertentu,
dianggap berwenang pula dalam segala bidang. Akan sangat salah ketika
pendapatnya itu diambil dari orang yang tidak kompeten pada bidangnya dan
dikutip dan diperlakukan sebagai autoritas tanpa mengadakan penilaian sampai
dimana kebenaran pendapatnya itu.
·
Koherasi dan kemajuan
Hal keempat yang
perlu diperhatikan selanjutnya adalah apakah pendapat yang diberikan oleh authoritas
itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan jaman, atau koheren dengan
pendapat sikap terakhir dalam bidang itu.
Pengetahuan dan
pendapat terakhir tidak selalu berarti yang terbaik. Tetapi harus diakui bahwa
pendapat itulah yang terbaik. Tetapi harus diakui bahwa pendapat-pendapat
terakhir dari ahli dalam bidang yang sama lebih dapat diandalkan, karena authoritas-authoritas
semacam itu memperoleh kesempatan yang paling baik untuk membandingkan semua
pendapat sebelumnya, dengan segala kebaikan dan keburukannya atau kelemahannya,
sehingga dapat mencetuskan pendapat yang lebih baik. (Eyang kalabahu).
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar