KALIMAT
EFEKTIF
Pengertian Kalimat Efeketif
Dibawah
ini adalah beberapa pengertian dari kalimat efektif :
·
Kalimat efektif
adalah kalimat yang memiliki kemampuan
untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau
pembaca seperti gagasan yang ada pada pikiran pembicara atau penulis. Kalimat
dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan,
maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis.
·
Kalimat efektif
adalah kalimat yang terdiri atas kata-kata yang mempunyai unsure SPOK (Subjek Predikat Objek dan Keterangan)
atau kaliamt yang mempunyai idea tau gagasan pembicara/penulis.
·
Kalimat efektif
adalah kalimat yang disusun menurut pola kalimat yang tepat sesuai dengan
situasi yang menyertai.
·
Kalimat efektif
adalah kalimat yang dapat ditangkap dan mudah dipahami oleh pembaca, menghayati
masing-masing tuturan itu.
Ciri-Ciri Kalimat Efektif
1. Memiliki unsur penting atau pokok, minimal
unsur SP (Subjek dan Predikat).
2. Taat terhadap tata aturan ejaan yang berlaku.
3. Menggunakan diksi yang tepat.
4. Menggunakan kesepadanan antara struktur bahasa
dan jalan pikiran yang logis dan sistematis.
5. Menggunakan kesejajaran bentuk bahasa yang
dipakai.
6. Melakukan penekanan ide pokok.
7. Mengacu pada kehematan penggunaan kata.
8. Menggunakan variasi struktur kalimat.
9. Hemat kata.
10. Tidak ambigu.
11. Langsung pada maksud kalimat (tidak
bertele-tele).
12. Sesuai dengan pola kalimat.
13. Sesuai dengan kaidah kebahasaan EYD (Ejaan
Yang Disempurnakan).
14. Orang yang membaca atau mendengar kalimat
tersebut langsung memahaminya dengan tepat.
Penggunaan Kalimat Efektif
·
Digunakan pada
tulisan ilmiah seperti makalah, skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian,
dan sebagainya.
·
Kalimat efektif
berbeda dengan kalimat yang dipakai oleh para sastrawan atau wartawan.
Syarat-Syarat Kalimat Efektif
1. KELOGISAN
§ Kalimat pasif dan aktif harus jelas
§ Subjek da keterangan harus jelas
§ Pengantar kalimat dan predikat harus jelas
§ Induk kalimat dan anak kalimat harus jelas
§ Subjek tidak ganda
§ Predikat tidak didahului kata yang
Contoh :
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara
ini. (tidak efektif/tidak efisien)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara
ini. (efektif/efisien)
2. KEPARALELAN
Predikat kalimat majemuk setara raptan harus
parallel. Artinya, jika kata kerja, harus kata kerja semuanya; jika kata benda
harus kata benda semuanya.
Contoh
:
Harga sembako dibekukan atau kenaikan
dengan luwes. (tidak
efektif/tidak efisien)
Harga sembako dibekukan
atau dinaikkan dengan luwes. (efektif/efisien)
3. KETEGASAN
§ Unsur-unsur yang ditonjolkan diletakkan di
awal kalimat.
Contoh :
Presiden
menegaskan agar kita selalu hidup disiplin.
§ Membuat urutan yang logis.
Misalnya 1,
2 dan 3; kecil, sedang dan besar; anak-anak, remaja dan orang tua, dsb.
Contoh :
Penggemarnya tidak hanya
anak-anak, tetapi juga remaja, orang tua bahkan kakek-kakek.
4. KEHEMATAN
Kehematan adalah penggunaan kata-kata secara
hemat, tetapi tidak mengurangi makna atau mengubah informasi.
§ Menghilangkan pengulangan subjek yang sama
pada anak kalimat.
§ Menghindarkan pemakaian superordinat pada
hiponimi kata.
§ Menghindarkan kesinoniman kata dalam kalimat.
Contoh :
Dikarenakan ia
tidak diajak, dia tidak turut belajar berbarengan belajar di rumahku. (tidak efektif/tidak efisien)
Dikarenakan tidak
diajak, dia tidak turut belajar berbarengan di rumahku. (efektif/efisien)
5. KETEPATAN
Ketepatan
ialah pemakaian diksi atau pilihan kata harus tepat.
§ Pemakaian kata harus tepat
§ Kata berpasangan harus sesuai
§ Menghindari peniadaan preposisi.
6. KECERMATAN
Cermat
ialah kalimat yang dihasilkan tideak menimbulkan tafsir ganda dan harus
tepat diksinya. Prinsip kecermatan berarti cermat dan tepat menggunakan diksi.
Agar tercapai kecermatan dan ketepatan diksi, harus memperhatikan
pernyataan-pernyataan berikut ini :
§ Hindari penanggalan awalan
§ Hindari peluluhan bunyi / c /
§ Hindari bunyi / s /, / p /, / t /, dan / k /
yang tidak luluh
§ Hindari pemakaian kata ambigu
7. KEPADUAN
Kepaduan ialah informasi yang disampaikan itu
tidak terpecah-pecah.
§ Kallimat tidak bertele-tele dan harus
sistematis.
§ Kalimat yang padu menggunakan pola
aspek-agen-verbal atau aspek-verbal-pasien.
§ Diantara predikat kata kerja dan objek
penderita tidak disisipkan kata daripada/tentang.
8. KESEJAJARAN
Kesejajaran adalah penggunaan bentuk-bentuk
yang sama pada kata-kata yang paralel. Agar kalimat terlihat rapi dan bermakna
sama, kesejajaran dalam kalimat diperlukan.
Contoh :
Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen, kerusakan barang, busuknya makanan
dan jika hewan yang diletakkan di dalam bagasi tiba-tiba mati. (tidak efektif/tidak efisien)
Maskapai tidak
bertanggung jawab terhadap kehilangan
dokumen, kerusakan barang, kebusukan makanan dan kematian hewan. (efektif/efisien)
Pada
kalimat tersebut kata busuknya dan mati tidak parallel dengan kata kehilangan dan kerusakan, maka dua kata tersebut di sejajarkan menjadi kebusukan dan kematian.
9. KEHARMONISAN
Keharmonisan kalimat artinya setiap kalimat yang kita buat
harus harmonis antara pola
berpikir dan struktur bahasa.
§ Subjek
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku,
tokoh, sosk, benda, sesuatu hal.
§ Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalaimat yang memberitahu melakuan
apa atau dalam keadaan bagaimana subjek. Predikat dapat juga berupa sifat,
situasi, status, ciri atau jati diri subjek.
§ Objek dan Pelengkap
Objek (O) dan Pelengkap adalah bagian kalimat yang melengkapi
predikat.
§ Keterangan
Keterangan (ket) adalah bagain kalimat yang menerangkan
berbagai hal mengenai bagain yang lainnya.
Penerapan
Kalimat Efektif
A.
Kalimat
Efektif dan Penerepana EYD
EYD
merupakan kaidah yang berisi aturan tata tulis bahasa Indonesia yang harus diikuti dalam penulisan kecuali ada
pertimbanagan khusus seperti masalah hukum, nama diri/pribadi, keilmuan
(misalnya : Soekarno, Universitas Padjadjaran).
B.
Kalimat Efektif dan Pilihan Kata (Diksi)
§ Diksi adalah pemilahan, pemilihan dan
penempatan kata ketika seseorang sedang berbahasa.
§ Kata-kata yang digunakan dalam tulisan dipilih
untuk menyampaikan informasi.
§ Kata bersinonim adalah kata yang bentuknya
berbeda, namun maknanya serupa.
§ Dalam membangun kalimat efektif, harus
digunakan kata yang tepat.
C.
Kalimat Efektif dan Kesepadanan Serta Kesatuan
§ Kalimat yang lengkap dapat terdiri atas
unsur-unsur kalimat yang meliputi subjek, predikat, objek, keterangan dan
pelengkap.
§ Kesepadanan adalah hubungan timbal balik
antara subjek dan predikat, antara predikat dan objek, serta dengan keterangan
atau pelengkap.
§ Kesatuan adalah bahwa setiap kalimat harus
mengandung satu ide pokok atau kesatuan pikiran.
Contoh:
Banyak
orang yang pro dan kontra terhadap RUU Sisdiknas.
D.
Kalimat Efektif dan Kesejajaran Bentuk
§ Yang dimaksud kesejajaran (paralelisme) di dalam penyusunan kalimat efektif adalah penggunaan
bentuk-bentuk bahasa yang sama atau kontruksi bahasa yang sama dan dipakai
dalam susunan serial.
§ Frasa (kelompok kata) disejajarkan dengan
frasa. Demikian juga kata benda, kata kerja, disejajarkan dengan kata benda.
Contoh :
Penghapusan pangkalan asing dan penarikan kembali tentara imperalis dari bumi Asia-Afrika akan mempercepat perwujudan cita-cita segenap
bangsa Asia-Afrika yang hendak menciptakan masyarakat yang aman, damai dan makmur.
E.
Kalimat Efektif dan Penekanan Ide Pokok
1) Posisi Kata dalam Kalimat
Contoh
:
§ Delegasi
pemerintah Indonesia dan pimpinan
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) akhirnya sepakat memulai perundingan tentang
perdamaian di Aceh.
§ Pimpinan
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan
delegasi pemerintah Indonesia akhirnya sepakat memulai perundingan tentang
perdamaian di Aceh.
§ Akhirnya delegasi pemerintah Indonesia dan pimpinan
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sepakat memulai perundingan terntang perdamaian di
Aceh.
§ Perundingan
tentang perdamaian di Aceh akhirnya
sepakat di mulai oleh delegasi pemerintah Indonesia dan pimpinan Gerakan Aceh
Merdeka (GAM).
2) Urutan Logis
Contoh
:
§ Penderitaan para pengungsi itu susah, sulit dan tragis.
§ Yang datang saat itu para lurah, camat dan para
bupati se-Propinsi Sumatera Selatan.
3) Pengulangan Kata
Contoh
:
Pembanguan
dapat dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai banyak dimensi, tidak hanya dimensi ekonomi, tetapi juga dimensi politik, dimensi sosial dan dimensi budaya.
F.
Kalimat Efektif dan Penghematan Kata
1) Pengulangan Unsur Kalimat
Contoh
:
§ Pemuda itu segera mengubah
rencananya setelah dia bertemu
dengan pemimpin perusahaan.
(Pemuda itu segera mengubah rencananya setelah bertemu dengan
pemimpin perusahaan).
§ Hadirin serentak berdiri begitu mereka mengetahui
mempelaimemasuki ruangan.
(Hadirin serentak berdiri begitu
mengetahui mempelai memasuki ruangan).
2) Penggunaan Hiponimi
Contoh
:
§ Rumah penduduk di kota itu terang benderang
oleh cahanya (lampu) neon.
(Penduduk di
kota itu terang benderang oleh neon).
§ Laju inflasi (bulan)Januari tahun lalu
sebesar 0,7%, sedangkan (bulan) April tahun ini 1,5%.
(Laju inflasi Januari tahun lalu
sebesar 0,7%, sedangkan April tahun ini 1,5%).
§ (Warna)kuning
dan merah mendominasi suasana pemilu 1999.
(Kuning
dan merah mendominasi suasana pemilu 1999).
§ Beliau dilahirkan di (Kota) Yogyakarta
pada 1924.
(Beliau
dilahirkan di Yogyakarta pada 1924).
§ Gejala (penyakit) TBC pada dirinya
sudah lama diketahui.
(Gejala TBC
pada dirinya sudah lama diketahui).
G.
Kalimat Efektif dan Variasi Struktur
1) Variasi Panjang Pendek Kalimat
§ Kalimat yang pendek belum tentu mencerminkan
kalimat yang baik atau efektif.
§ Kalimat yang panjang pun belum tentu selalu
rumit dan tidak efektif. Kalimat yang panjang pun, karena yang akan diungkapkan
cukup banyak dan perlu rinci, dapat lebih efektif.
§
Dalam
suatu tulisan keduanya dapat dipadukan untuk menghindari kejenuhan pembaca.
2) Pemilihan Jenis Kalimat
§
Variasi
kalimat dapat dilakukakn juga dengan memanfaatkan berbagai jenis kalimat yang
ada.
§
Ada
tiga macam jenis kalimat ditinjau: kalimat berita, kalimat tanya dan kalimat
perintah.
§
Dengan
variasi kalimat berita, kalimat tanya dan kalimat perintah akan menyegarkan
tulisan.
3) Pemilihan
Bentuk Aktif dan Pasif
§
Kalimat
aktif apabila subjeknya melakukan suatu perbuatan.
§
Umumnya,
predikat kalimat aktif berupa kata kerja yang berlawanan me-, ber-, dan ada pula yang tidak menggunakan awalan (aus).
§
Kalimat
pasif apabila subjek kalimat tersebut tidak berperan sebagai pelaku, tetapi
sebagai sasaran perbuatan yang dinyatakan oleh predikat.
§
Karya
ilmiah umumnya cenderung menggunakan kalimat pasif untuk lebih menunjukkan
hasil dari suatu perbuatan dari pada pelakunya.
§
Kalimat
pasif dapat berciri predikat menggunakan imbuhan di- dan imbuhan ter-.
Sumber :
-
Drs. Nanang
Chaerul Anwar, Mpd., “Modul Bahasa Indonesia untuk SMK Kelas X”, Yudhistira,
2007.
-
E-Book
Universitas Gunadarma
ALINIEA
Pengertian Alinea
Paragraf atau Alinea adalah karangan yang
pendek atau singkat yang berisi sebuah pikiran
dan di dukung himpunan kalimat yang saling berhubungan untuk membentuk satu
gagasan. Fungsi Paragraf atau Alinea adalah
mengembangkan tema.
Pengembangan Paragraf atau Alinea Pengembangan paragraf atau alinea mencakup dua hal:
a. Kemampuan memerinci
secara maksimal gagasan utama alinea ke dalam gagasan-gagasan bawahan.
b. Kemampuan
mengurutkan gagasan-gagasan bawahan ke dalam suatu urutan yang teratur.
Macam-macam
Metode Pengembangan Paragraf
1. Klimaks dan Anti Klimaks
2. Sudut Pandangan /Point of View
3. Proses
4. Perbandingan dan Pertentangan
5. Analogi
6. Contoh
7. Kausal
8. Umum-Khusus /Khusus-Umum
9. Klasifikasi
10. Definisi Luas
Syarat
Pengembangan Paragraf
1)
Kesatuan
Paragraf
Dalam
sebuah paragraph hanya memiliki satu gagasan utama. Gagasan utama itu
dijelaskan oleh gagasan-gagasan penjelas. Kalimat-kalimat yang membentuk
paragraph ditata sedemikian rupa, sehingga tidak ada sayu pun kalimat yang
menyimpang dari ide pokok.
Perhatikan paragraf di bawah ini:
Jateng sukses. Kata ini
meluncur gembira dari pelatih regu jateng setelah selesai pertandingan final
Kejurnas Tinju Amatir, Minggu malam, di Gedung olah raga Jateng, Semarang.
Pernyataan itu dianggap wajar karena apa yang diimpi-impikan selama ini dapat
terwujud, yaitu satu medali emas, satu medali perak, dan satu medali perunggu.
Hal itu ditambah lagi oleh pilihan tinju terbaik yang jatuh ke tangan Jateng.
Hasil yang diperoleh itu adalah prestasi paling tinggi yang pernah diraih oleh
Jateng dalam arena seperti itu.
2) Koherensi atau Kepaduan
Merupakan
hubungan antara kalimat dengan kalimat.
Unsur-unsur
Kebahasaan:
a. Repetisi
Pengulangan
kata-kata yang dianggap cukup penting atau menjadi topik pembahasan.
b. Kata Ganti
Kata yang dipakai untuk menggantikan
subyek pembicaraan.
Macam-macam
kata ganti :
a.
kata ganti orang pertama (I) : aku, saya, ku,
b.
kata ganti orang kedua (II) : kamu, mu, kamu sekalian,
c.
kata ganti orang ketiga (III) : Anda, Dia, Beliau, mereka, nya.
Ungkapan pengait paragraf
dapat pula ditandai oleh kata ganti, baik kata
ganti orang maupun kata
ganti yang lain.
Perhatikan paragraf di
bawah ini.
Galuh, Hilmi, dan Andri
adalah teman sekolah saya sejak SMA hingga perguruan tinggi. Mereka kini telah
menyandang gelar Doktor dari sebuah universitas negeri di Bandung. Mereka
merencanakan mendirikan sebuah universitas swasta. Mereka menghubungi saya dan mengajak
bekerja sama, yaitu saya diminta menyediakan tempatnya karena kebetulan saya
memiliki tanah yang luas dan strategis. Saya menyetujui permintaan mereka.
Kata mereka dipakai sebagai pengganti kata Galuh, Hilmi,
dan Andri agar nama orang tidak disebutkan berkali-kali dalam satu paragraf.
Penyebutan nama orang dalam satu paragraf dapat menimbulkan kebosanan serta
menghilangkan keutuhan paragraf.
c. Kata Transisi (ungkapan penghubung)
Kata yang berada di antara kata ganti dan
kata repetisi.
Macam-macam
kata transisi :
a.
Berhubungan dengan pertambahan
b.
Berhubungan dengan pertentangan
c.
Berhubungan dengan perbandingan
d.
Berhubungan dengan akibat
e. Berhubungan dengan tujuan
f. Berhubungan dengan singkatan
g. Berhubungan dengan waktu
h.
Berhubungan dengantempat
Beberapa ungkapan penghubung antar kalimat yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut:
a) Hubungan tambahan: lebih
lagi, selanjutnya, di samping itu, tambahan pula, berikutnya, lalu, demikian
pula, lagi pula, begitu juga, bahkan.
b) Hubungan pertentangan:
namun, bagaimana pun, akan tetapi,
sebaliknya,
wa-laupun demikian, meskipun begitu, lain halnya.
c) Hubungan perbandingan:
sama dengan itu, dalam hal demikian,
sehubungan dengan
itu.
d) Hubungan akibat: jadi, oleh
sebab itu, akibatnya, maka, oleh karena itu.
e) Hubungan tujuan: untuk
itu, untuk maksud itu.
f) Hubungan singkatan:
singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada umumnya, dengan kata lain,
sebagai
simpulan.
g) Hubungan waktu: sementara
itu, segera setelah itu, beberapa saat kemudian.
h) Hubungan tempat:
berdekatan dengan itu.
Macam-Macam
Paragraf atau Alinea
1. Menurut
fungsinya
a. Paragraf Pembuka
§ Isi alinea pembuka bertujuan mengutarakan
suatu aspek pokok pembicaraan dalam karangan.
§ Difungsikan untuk:
·
Menghantar pokok
pembicaraan
·
Menarik minat dan
perhatian pembaca
·
Menyiapkan atau
menata pikiran pembaca untuk mengetahui isi seluruh karangan
§ Dapat memanfaatkan
·
Kutipan,
peribahasa, anekdot
·
Uraian mengenai
pentingnya pokok pembicaraan
·
Suatu tantangan
atas pendapat atau pernyataan seseorang
·
Uraian tentang
pengalaman pribadi;
·
Uraian mengenai
maksud dan tujuan penulisan
·
Sebuah pertanyaan
b. Paragraf Penghubung
§ Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan
suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka
§ Difungsikan untuk:
·
Mengemukakan inti
persoalan;
·
Memberi ilustrasi
atau contoh
·
Menjelaskan hal
yang akan diuraikan pada alinea berikutnya
·
Meringkas alinea
sebelumnya
·
Mempersiapkan
dasar atau landasan bagi simpulan
c. Paragraf Penutup
§ Berisi simpulan bagian karangan
§ Dimaksudkan untuk mengakhiri karangan
§ Tidak boleh terlalu panjang
§ Harus berisi simpulan sementara atau simpulan
akhir sebagai cerminan inti karangan
§ Dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi
pembaca
2.
Menurut Posisi Kalimat Topik
a. Paragraf Deduktif
§ Kalimat utama terletak di awal paragraf
§ Menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu
(urutan khusus ke umum)
Contoh :
Kebudayaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu kebudayaan fisik dan
kebudayaan non-fisik. Kebudayaan fisik cukup jelas karena merujuk pada
benda-benda, Kebudayaan non-fisik ada yang berupa pemikiran dan ada yang berupa
wujud tingkah laku.
b. Paragraf Induktif
§ Kalimat utama terletak di akhir paragraf
§ Menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu (urutan umum ke khusus)
Contoh :
Contoh
hasil kebudayaan fisik adalah patung, bangunan, lukisan. Sedangkan hasil kebudayaan yang berwujud tingkah laku
diantaranya adalah sikap, kebiasaan, dan adat istiadat. Dengan kata lain dapat
disimpulkan bahwa kebudayaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu kebudayaan
fisik dan kebudayaan non fisik.
c.
Paragraf
Deduktif–Induktif
§ Bila kalimat pokok ditempatkan pada bagian
awal dan akhir alinea.
Contoh :
Kebudayaan
dapat dilihat dari dua sisi, yaitu kebudayaan fisik dan kebudayaan non fisik.
Kebudayaan fisik cukup jelas karena merujuk pada benda-benda. Kebudayaan non
fisik ada yang berupa pemikiran dan ada yang berupa wujud tingkah laku. Oleh
karena itu, untuk membicarakan kebudayaan harusnya dapat dilihat dari dua sisi,
yaitu kebudayaan fisik dan kebudayaan non fisik.
d. Paragraf Penuh Kalimat Topik
§ Bila seluruh kalimat yang membangun alinea
sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat tersebut menjadi kalimat topik.
§ Sering dijumpai dalam uraian bersifat
deskriptif dan naratif, terutama dalam karangan fiksi.
Contoh :
Pagi
hari itu aku duduk di bangku yang besar di belakang rumah. Matahari belum
tinggi benar. Sinarnya mengusir dingin. Kuhirup udara pagi sepuas-puasku.
Berdasarkan
sifat isinya:
a. Paragraf Argumentasi
Paragraf
argumentasi paragraf yang berusaha meyakinkan bahwa hal yang dikemukakan adalah
benar. Cara meyakinkan kebenaran itu biasanya dengan cara mengajukan sejumlah
fakta.
Perhatikan
contoh berikut:
Hampir
semua orang yang pernah tinggal tinggal di kota Bandung menyatakan merasa betah tinggal
di kota tersebut. Bahkan, umumnya mereka berusaha tetap tinggal di kota ini.
Bisa dimengerti
mengapa mereka merasa betah. Kota ini memiliki hawa yang sejuk. Tingkat kriminalitasnya juga relatif kecil bila dibandingkan dengan kotasetaranya, Surabaya dan Medan
misalnya. Terdapat banyak lembaga pendidikan tinggi negeri di dalamnya. Juga, kotanya
tidak terlalu besar seperti Jakarta, sehingga dari satu sudut kota ke sudut
kota lainnya
tidak terlalu jauh. Itulah beberapa hal yang menyebabkan para pendatang rela tinggal
berdesakan di kota ini.
b. Paragraf Narasi
Paragraf
narasi adalah paragraf yang berusaha menceritakan peristiwa demi peristiwa yang
dialami seorang tokoh.
Perhatikan
contoh berikut :
Hari
itu ia telusuri sudut demi sudut kota Bandung yang amat dicintainya seolah-olah
tidak
mau
ada satu pun sudut yang terlewat terlewat. Setiap sudut yang disinggahinya
menyisakan kenangan amat mendalam baginya. Mula-mula ia telusuri sudut
Setiabudi. Di wilayah ini ia menyimpan amat banyak kenangan. Penelusuran
dilanjutkan ke wilayah balai kota dan sekitarnya. Di sini pun ia amat hanyut
dengan kenangan bersama-sama sahabatnya, juga kekasihnya. Lalu, ia lanjutkan
menyusuri wilayah alun-alun yang sekarang telah berubah total dari masa dua
puluh tahun yang lalu. Lagi-lagi ia terhanyut dalam kenangan masa lalunya.
Setiap tempat, setiap sudut kota itu, yang ada hanyalah kenangan indah baginya,
seluruhnya.
c. Paragraf Persuasi
Isi
alinea mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca. Alinea
persuasif banyak dipakai dalam penulisan iklan terutama advertorial yang
mengisi lembaran koran atau majalah.
Perhatikan
contoh berikut :
Hadir sebagai ponsel bisnis, E72 tampil
elegan dan sarat teknologi. Didukung oleh OVI services, Nokia E72 memiliki
berbagai feature untuk mendukung berbagai keperluan bisnis dan kerja Anda. Menurut
Dominikus Susanto - Retail & Customer Marketing Manager Nokia Indonesia
seluruh handset Nokia tidak hanya hadir Indonesia, seluruh handset Nokia tidak hanya
hadir dengan spesifikasi hardware yang tinggi, namun juga berbagai feature dan aplikasi
yang sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Dengan begitu banyak feature bisnis
yang disuguhkan, tidak salah apabila Nokia E72 menjadi pilihan bagi Anda yang
sering berkomunikasi menggunakan e-mail dan online messaging.
d. Paragraf Eksposisi
Paragraf
eksposisi adalah paragraf yang berusaha menjelaskan sesuatu atau memerikan
sesuatu. Penjelasan atau pemerian seringkali bertolak dari satu definisi.
Perhatikan
contoh berikut :
Pasar
Tanah Abang adalah pasar yang kompleks. Di lantai dasar terdapat Sembilan puluh
kios penjual kain. Setiap hari rata-rata terjual tiga ratus meter kain untuk
setiap kios. Dari data ini dapat diperkirakan berapa besar uang yang masuk ke
kas DKI Jakarta dari Pasar Tanah Abang
e.
Paragraf Deskripsi
Paragraf jenis ini berisi kalimat-kalimat yang
mendeskripsikan,menggambarkan sesuatu.
Misalnya deskripsi kota Bandung pada pagi hari.
Perhatikan contoh berikut :
Pasar Tanah Abang adalah sebuah pasar yang sempurna.
Semua barang ada di sana. Di
toko yang paling depan berderet toko sepatu. Di
lantai dasar terdap yg gp at toko kain yang lengkap. Di samping kanan pasar
terdapat warung-warung kecil penjual sayur dan bahan dapur. Di samping kiri
adalah tempat para penjual buah. Pada bagian belakang kita dapat menemukan
berpuluh-puluh pedagang daging.
Sumber :
KUTIPAN
& DAFTAR PUSTAKA
Penulisan
Kutipan
Dalam penulisan
karya ilmiah, termasuk buku ajar, sering ditemui rangkuman dan pengutipan dari
berbagai sumber acuan. Pengutipan adalah penggunaan teori, konsep, ide, dan
lain yang sejenis yang berasal dari sumber lain, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Semua pengutipan harus disertai perujukan. Kealpaan untuk
merujuk kutipan dapat dianggap melanggar etika penulisan karya ilmiah. Format
perujukan kutipan mengikuti ketentuan-ketentuan berikut.
1. Kutipan Langsung
Kutipan
langsung adalah kutipan yang ditulis sama persis dengan sumber aslinya, baik
bahasa maupun ejaannya. Rujukan ditulis di antara tanda kurung, dimulai dengan
nama akhir sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka, tanda koma, tahun
terbitan, titik dua, spasi, dan diakhiri dengan nomor halaman.
a. Kutipan yang panjangnya kurang dari empat
baris dimasukkan ke dalam teks, diketik
seperti
ketikan teks, diawali dan diakhiri dengan tanda petik (“). Sumber rujukan
ditulis langsung sebelum atau sesudah teks kutipan.
b. Kutipan yang terdiri dari empat baris atau
lebih, diketik satu spasi, dimulai tujuh
ketukan
dari batas tepi kiri. Sumber rujukan ditulis langsung sebelum teks kutipan.
c. Apabila pengutip memandang perlu untuk
menghilangkan beberapa bagian kalimat, maka pada bagian itu diberi titik
sebanyak tiga buah. Bila pengutip ingin menghilangkan satu kalimat atau lebih,
maka pada bagian yang dihilangkan tersebut diganti dengan titik-titik sepanjang
satu baris.
d. Apabila pengutip ingin memberi penjelasan atau
menggarisbawahi bagian yang dianggap penting, pengutip harus memberikan
keterangan. Keterangan tersebut berada di antara tanda kurung, misalnya: (garis
bawah oleh pengutip).
e. Apabila penulis menganggap bahwa ada suatu
kesalahan dalam kutipan, dapat
dinyatakan
dengan menuliskan simbol (sic!) langsung setelah kesalahan tersebut.
f.
Kutipan langsung
ditampilkan untuk mengemukakan konsep atau informasi sebagai data.
g. Kutipan langsung dari referensi asing diberi
terjemahannya di bawah kutipan langsung.
2. Kutipan Tidak Langsung
Kutipan
tidak langsung adalah kutipan yang tidak sama persis dengan aslinya. Pengutip
hanya mengambil pokok pikiran dari sumber yang dikutip untuk dinyatakan kembali
dengan kalimat yang disusun oleh pengutip.
a. Kalimat-kalimat yang mengandung kutipan ide
tersebut ditulis dengan spasi rangkap
sebagaimana
teks biasa.
b. Semua kutipan harus dirujuk. Sumber rujukan
dapat ditulis sebelum atau sesudah
kalimat-kalimat
yang mengandung kutipan.
c. Apabila ditulis sebelum teks kutipan, nama akhir
sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka masuk ke dalam teks, diikuti dengan
tahun terbitan di antara tanda kurung.
d. Apabila ditulis sesudah teks kutipan, rujukan
ditulis di antara tanda kurung, dimulai
dengan
nama akhir sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka, titik dua, dan diakhiri
dengan tahun terbitan.
Penulisan Daftar Pustaka
Daftar
pustaka berisi keterangan mengenai sumber rujukan yang digunakan dalam
penyusunan tugas akhir. Keterangan ini meliputi nama pengarang, tahun terbitan,
judul buku, kota penerbitan, dan nama penerbit. Gelar yang dimiliki pengarang
tidak dicantumkan dalam daftar pustaka.
Daftar
rujukan dapat berupa buku teks, jurnal penelitian, laporan penelitian, tugas
akhir seperti skripsi dan disertasi, dan terbitan karya ilmiah. Daftar pustaka disusun
secara alfabetis menurut nama belakang pengarang dan tidak perlu menggunakan
nomor urut.
Apabila
terdapat dua atau lebih nama pengarang yang sama, pengurutan dilakukan mulai
dari tahun terbitan yang terbaru. Untuk terbitan-terbitan berikutnya, nama
pengarang tidak ditulis, tetapi diganti dengan garis lurus tengah (bukan garis bawah)
sepanjang 7 ketukan. Daftar pustaka ditulis tanpa nomor.
Tiap-tiap
jenis rujukan mengikuti sistematika penulisan yang berbeda. Sistematika itu
dapat diikuti satu per satu berikut ini.
1.
Buku
Penulisan
buku mengikuti urutan komponen sebagai berikut: Nama belakang pengarang, koma,
nama atau nama-nama depan (apabila ada), titik, tahun terbitan, titik, nama
buku dengan huruf cetak miring, titik, nama kota tempat penerbitan, titik dua,
nama penerbit, titik. Bila pengarang buku lebih dari seorang, nama pengarang kedua
dan seterusnya boleh tidak dibalik (ditulis apa adanya). Bila buku telah mengalami
pengeditan, tuliskan edisi keberapa di dalam kurung setelah nama buku tersebut.
Berikut adalah contoh-contoh penulisan daftar pustaka untuk beberapa jenis
buku.
Contoh
:
§ Bailey, K. M., and R. Ochsner. 1983. A
Methodological Review of The Diary Studies: Windwill Tilting or Social Science?
dalam K. M. Bailey, M. H. Long, dan S. Peck (Eds.). Second Language Acquisition
Studies. Rowley, Mass.: Newbury House.
§ Cohen, J. 1977. Statistical Power Analysis for
the Behavioral Science (Revised Ed.). New York : Academic Press.
§ Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam
Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Apabila
nama pengarang lebih dari satu kata, ditulis sesuai dengan apa yang tertera
pada sumber
rujukan. Apabila pada sumber rujukan tidak disingkat, penulisannya juga tidak disingkat.
Sebaliknya, apabila pada sumber rujukan disingkat, penulisannya juga disingkat.
2.
Jurnal dan Terbitan Karya Ilmiah Sejenis
Penulisan
rujukan artikel jurnal dan terbitan karya ilmiah yang sejenis mengikuti urutan: nama
belakang pengarang, koma, nama atau nama-nama depan (apabila ada), titik, tahun penerbitan,
titik, judul artikel (diketik biasa dan hanya kata terdepan dimulai dengan
huruf kapital
kecuali kata yang menunjukkan nama), titik, nama jurnal dengan cetak miring,
koma, nomor
jurnal dengan cetak miring, koma, nomor-nomor halaman dalam jurnal, titik.
Contoh
:
§ Nuryanto, F. 1996. “Penggunaan Ragam Bahasa
Indonesia Ilmiah oleh Dosen IKIP Yogyakarta”. Jurnal Kependidikan, 1, XXIV,
hlm. 85-100.
§ Herawati, E. N. 1996. “Beksan Srimpi dan
Nilai-nilai yang Dikandungnya: Sebuah Tinjauan Apresiatif”. Diksi, 9, IV, hlm.
81- 9.
Jenis
sumber rujukan ini dapat berbentuk tugas akhir, thesis, disertasi, dan laporan
penelitian. Penulisan daftar pustakanya mengikuti format penulisan daftar
pustaka untuk buku, ditambah dengan keterangan jenis karya ilmiah tersebut.
Berikut ini contoh penulisan daftar pustaka yang berupa karya ilmiah yang tidak
diterbitkan.
Contoh
:
§ Utari, D. 1993. Penggunaan Tableau de Feutre dalam
Pengajaran Ketrampilan Berbicara. Makalah TABS. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan
Bahasa Perancis, FPBS IKIP Yogyakarta.
§ Mahmudah, Z. 1995. Pelecehan Seksual dalam
Drama Der Besuch der Alten Dame. Skripsi S1. Yogyakarta: Program Studi
Pendidikan Bahasa Jerman, FPBS IKIP Yogyakarta.
3.
Dokumen Resmi
Dokumen
resmi adalah dokumen-dokumen yang dikeluarkan oleh lembaga resmi. Untuk rujukan
jenis ini digunakan nama lembaga sebagai nama penulis. Komponen yang lain mengikuti
ketentuan-ketentuan yang sama. Pada umumnya, nama penerbit sama dengan nama
lembaga yang tertulis di depan.
Contoh
:
§ Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994.
Garis-garis Besar Program Pengajaran: Bidang Studi Bahasa Inggris. Jakarta:
Depdikbud.
§ Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Yogyakarta. 1994. Peraturan Akademik 1994. Yogyakarta: UPP IKIP YOGYAKARTA.
4. Rujukan dengan Pengarang yang Sama
Untuk
daftar pustaka dengan dua atau lebih pengarang yang sama, nama pengarang yang
kedua dan
seterusnya tidak ditulis lengkap, tetapi diganti dengan garis lurus
tengah (bukan garis bawah). Pengurutan
alfabetik dilakukan mulai dari tahun
terbitan yang terbaru. Apabila tahun terbitan sama, digunakan huruf
arab kecil langsung
setelah tahun. Ketikan dimulai 7 ketukan dari batas tepi kiri.
Contoh
:
§ Ellis, R. 1992. Understanding Second Language
Acquisition (2ndEd.). Oxford: Oxford University Press.
§ ______ 1990a. Classroom Second Language
Development. London: Prentice Hall.
§ ______ 1990b. Instructed Second Language
Development. Oxford: Blackwell.
5.Internet
Penulisan
daftar pustaka yang bersumber internet mengikuti model berikut ini.
Contoh
:
§ Beasley, C.J. 1990. “Content-based Language
Instruction: Helping ESL/EFL Students with Language and Study skills at
Tertiary”. TEASOL in Context, 1, 10-14. http://cleo.murdoch.edu.au/ 08/04/04.
§ Cook, Vivian. 1996. “Some Relationships
between Linguistics And Second Language Research”,
http://privatewww.essex.ac.uk/~vcook/. Diakses pada tanggal 8 April 2004.
6. Koran
Penulisan
daftar pustaka yang bersumber dari koran dapat mengikuti model berikut.
Contoh
:
§ Sarjono, Hari. 2010. “Bahasa sebagai Alat
Pemersatu Bangsa”. Kompas Edisi 5
Oktober.
§ Ubaddah, Nashif. 2011. “terror Bom: Penyebaran
Ketakutan dan Tips Menghadapi Terorisme”. Kompasionline Edisi 20 September.
Sumber
: